Menyanyikan Lagu “Kugadaikan Cintaku” dari Gombloh
Denny Mizhar
Awalnya saya hendak istirahat dalam kamar pada pergantian tahun kali ini. tetapi kawan Vania memberi tawaran komunitas Muni Sore Malang dapat undangan main. Denggan beberapa pertimbangan, tawaran untuk main dibatalkan. Muni Sore Malang adalah komunitas cair yang terdiri kelompok musik, kelompok sastra yang sering berkumpul tiap minggu sore di ruang terbuka di kota Malang: alun-laun Kota, alun-alun bundar, hutan kota “malabar”, dan stasiun kota. Karena tawaran main batal, maka kembali keniat awal istirahat di dalam kamar, tetapi tiba-tiba kawan Redy Eko Prasetya Leader dari kelompok musik Artmoschestra mengajak untuk mengahadiri undangan acara musik rock legend. Saya pun menghubungi Antok Yunus gitaris dari kelompok musik SWARA dan Ragil Sukriwul penyair yang bukunya hendak terbit dengan judul Avontur.
Kami berkumpul di Art Rock Cafe, salah satu tempat yang biasa kami gunakan untuk nongkrong. Art Rock cafe adalah tempat ngumpulnya musisi Malang, yang didirikan oleh Arif drumer. Pada suatu waktu ketika ada acara live musik dari kelompok musik indie, Arif perna mengutarakan pendapatnya tentang tempat yang dibuatnya adalah “menjembatani industri musik di Malang yang stagnan. Berharap dari dari berkumpul di art rock cafe akan ada album indie, membuat striming yang bisa di kirim keluar kota hingga kota lain dapat menikmati musik dari kota Malang dan art rock lebih pada pergerakan musik dengan cara kerja bareng untuk menghidupkan musik di kota Malang, Art Rock adalah lapak tempat berapresiasi di dunia musik, art rock juga milik bersama”. Meski art rock tempatnya apresiasi musik, teman-teman sastra pernah membuat event di tempat tersebut. Tetapi tidak langsung berangkat, masih menunggu Redy yang belum datang. Kami: saya, Arif, Jemblung, Antok, Ragil berbincang mengobrolkan Kunto yang sudah sejak hari selasa mengebuk drum di balai kota. Dan kami pun berharap, yang dilakukan Kunto berhasil karena kurang sedikit lagi.
Saat itu hujan, Redy pun datang dan kami berangkat ke Swimingpool Permata Jingga salah satu perumahan Elit di Kota Malang. Setiba di sana, Wahyu Aves menghubungi Redy bahwa ia sedang di Kedai Sinau tetapi tutup. Kedai Sinau adalah salah satu toko buku dan warung kopi tempat biasa kami juga berkumpul untuk diskusi sastra. Oh, ya tak hanya sastra, sosial, budaya dan politik juga, bahkan di hari Minggu malam pukul 19.00 ada acara musikkan. Akhirnya Ragil yang menjemput Wahyu Aves. Di Swimingpoll kami bertemu musisi-musisi Rock Malang. Acara yang bertitel “Battel of Giants” a tribute to: Genesis & Dream Theater” meriah, meski hujan rintik-rintik masih saja menyapa Swimingpool Peramata Jingga.
Setelah menamatkan tahun 2011 di acara “Battel of Giants” a tribute to: Genesis & Dream Theater” di Swimingpoll Permata Jingga yang diselenggarakan oleh Komunitas Pecinta Kajoetangan dan Galeri Malang Bernyanyi. Kami (Antok Yunus, Denny Mizhar, Redy Eko Prasetyo, Ragil Sukriwul dan Wahyu Aves) mencari warung kopi. Akhirnya kami ngopi di warung Pak Poor yang biasa digunakan nongkrong anak-anak komunitas OI Malang. Ada beberapa teman OI juga di warung Pak Poor, kami ngobrol tentang seputar dunia kesenian. Tak lama kemudian Ugik Arbanat pemain biola juga datang setelah menidurkan anak-anaknya. Hinggal pukul 03.00 WIB, akhirnya kami mengunjungi Kunto yang hendak memecahkan rekor dunia memukul drume 121 jam.
Kami, berbincang tentang semangat Kunto dan hal-hal yang terjadi mengenainya di terop sebelah panggung Kunto menggebuk drumnya. Tampak Kunto di panggung kelelahan, sesekali matanya hendak terpejam tetapi tak sampai berhenti, sempat beranjak dari kursi drumnya tetapi seketika itu kembali lagi.Wajah tegang di sekitar kami ada Pandu OI dan beberapa kawan OI juga di samping kami tampak wajahnya tegang, karena tinggal beberajam lagi rekor terpecahkan oleh Kunto. Kira-kira, tepat pukul 05.00 Antok Yunus berjalan mendekati panggung untuk mengisi main gitar. Kunto pun menyambut dengan senyum dan menyapa “lah iki” entah apa maksudnya, atau mungkin mereka sebelumnya telah mengenal. Gitar yang berwarna merah di pegang oleh Antok Yunus. Kebiasaannya hanya memainkan gitar, jarang sekali mau menyanyi, entah kenapa akhirnya Antok Yunus pun menyanyi lagu dari Gombloh yang berjudul “Kugadaikan Cintamu” (Kata banyak orang Antok Yunus mirip Gombloh). Saya pun mengabil kamera untuk merekam dan memotret, tiba-tiba kawan Ragil meminta kamera yang saya pegang. Ragil mengambilnya dari tempat lebih dekat dan saya pun ikut naik ke panggung.
Hawa segar kota Malang menjelang pagi, dan Kunto yang sedari pukul 03.00 pas kedatangan kami tampak kehilangan energi tiba-tiba tersenyum ceria dan bareng Antok Yunus menyanyi. Hingga beralih lagi ke gendre Reagge dengan lagu dari Mbah Surip yang berjudul “Tak Gendong” setelah itu dilanjutkan lagu-lagu dangdut atas permintaan Kunto. Pada akhir genjrengan Antok Yunus yang membawakan lagu Bongkar dari Iwan Fals, saya sempat membaca puisi dari W.S Rendra yang berjudul “Serenada Hijau”.
Matahari hendak menyapa kota Malang, dan kira-kira pukul 06.00 pembawa acara mengabarkan bahwa Kunto telah memecahkan rekor dunia menurut hitungan Guinness World Records akan tetapi menurut hitungan manual masih harus sampai pukul 21.00. Kunto melanjutkan menggebuk drumnya dan kami melanjutkan jalan menuju ruang singgah kami masing-masing untuk istirahat karena semalaman tidak tidur. Esoknya, saya membaca berita bahwa Kunto kelelahan dan tak sampai pukul 21.00 untuk menggebuk drumnya.
Malang, 1- 2 Januari 2012.
Denny Mizhar, Lahir di Lamongan 1983. Pertama kali berkesenian saat bergabung dengan Teater HomPimPah LSO, Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Malang. Kini aktif mengoperasikan Pelangi Sastra Malang, berteater dengan Teater Sampar Indonesia, dan sebagai anggota Center For Relegious And Social Studies (ReSIST) Malang. Belajar menulis puisi saat menerbitkan kumpulan puisinya bertitel Berharap di Senja Hari (2007). Beberapa tulisannya dapat dilihat di suara-sunyi.cc.co. Kini menjadi pengajar di SMK Muhammadiyah 2 Malang. Alamat FB dan Twitter: dens.smart@gmail.com