GUNUNG RINJANI; MASKOT PETUALANGAN DI PULAU LOMBOK

Janual Aidi

Berlibur di Pulau Lombok, di antara beragam pesona alam dan kekhasan budayanya, tidak akan lengkap apabila tidak menyalurkan jiwa petualangan dengan melakukan pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), salah satu di antara 3 (tiga) Geo Park dunia yang diakui secara internasional karena terkenal akan keindahan, keunikan, dan misteri yang terdapat di sekitarnya. Dikatakan menyimpan misteri, karena konon menurut masyarakat Lombok atau orang-orang yang memiliki kekuatan supranatural, gunung Rinjani adalah “pusat kerajaan jin”. Itulah sebabnya setiap pendaki tidak diperkenankan mengeluarkan kata-kata kasar atau kotor apalagi berbuat tidak senonoh selama melakukan pendakian. Apabila melanggar, seringkali para pendaki mendapatkan semacam teguran langsung lewat cara-cara yang aneh.

Gunung Rinjani adalah salah satu gunung berapi aktif di Pulau Lombok yang berada pada ketinggian 3.726 meter dari permukaan laut (mdpl). Di tengah puncak Gunung Rinjani terdapat kawah yang berupa danau. Oleh masyarakat Lombok, danau ini diberi nama “Segara Anak (Anaknya Laut)”, karena menyerupai laut kecil dengan air yang berwarna biru. Di tengah-tengah Danau Segara Anak terdapat sebuah anak gunung berapi aktif yang terus tumbuh. Air di sekitar danau memiliki tingkat kehangatan yang bervariasi. Semakin dekat ke tepi gunung baru, airnya akan semakin terasa panas, begitupula semakin jauh dari gunung baru, air danau semakin dingin. Walaupun kehangatannya bervariasi, namun danau ini menjadi salah satu habitat ikan, sehingga sangat menarik bagi para pendaki yang gemar memancing.

Perjalanan petualangan menuju Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) begitu mudah dijangkau, karena telah tersedia sarana transportasi yang cukup lancar. Bagi petualang yang berasal dari luar daerah atau luar negeri, begitu tiba di Kota Mataram, bisa menggunakan bis umum atau mobil travel menuju lokasi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dengan jarak tempuh kurang lebih 3(tiga) jam perjalanan apabila pendakian dilakukan melalui jalur utara (Sembalun dan Senaru), dua jalur yang sejak dahulu seringkali dipilih.

Sejak tahun 2002 yang lalu, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur telah merintis satu jalur lagi jalur pendakian, yaitu jalur selatan melalui Timbenuh dengan jarak tempuh yang lebih dekat, yaitu kurang dari 2,5 jam perjalanan dari Kota Mataram. Pada bulan Juli 2007 yang lalu, jalur ini telah diresmikan oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) melalui jalur pendakian baru. Dengan demikian, untuk menuju puncak Gunung Rinjani, pendaki bisa memilih tiga jalur resmi, yaitu jalur Senaru (wilayah Lombok Utara), jalur Sembalun (wilayah Lombok Timur), dan jalur Timbenuh.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Pertamanan, dan Kebersihan Kabupaten Lombok Timur, Lukman Nulhakim, S. Sos, ada beberapa kelebihan pendakian dilakukan melalui jalur selatan (Timbenuh). Pendakian menuju puncak Gunung Rinjani melalui jalur ini, di samping lebih dekat 2,5 jam perjalanan dibandingkan jalur utara, jalur ini juga dijamin aman dan tidak melelahkan karena melalui areal kawasan hutan lindung yang sejuk dan memiliki pemandangan yang jauh lebih indah. Di jalur ini, signal ponsel maupun pesawat radio dan HT juga begitu kuat karena tepat berada di atas wilayah Pulau Lombok yang terhampar puluhan tower (tidak seperti jalur utara yang membelakangi gunung). Jika terjadi sesuatu yang menimpa para pendaki pada jalur ini, informasi bisa cepat sampai sehingga tindakan dapat dilakukan secepat mungkin. Demikian ditambahkan Kepala Dinas yang ikut merintis pembukaan jalur baru ini.

Di sepanjang jalur selatan ini, telah tersedia 5 (lima) pos peristirahatan (shelter) lengkap dengan pos jaga dan sumber mata air yang masih bersih dan murni. Pos pertama adalah Pos Mayung Polak yang jaraknya 1 jam perjalanan dari start pendakian di Dasan Jati, Timbenuh. Di pos ini selain hawanya sejuk karena berada di dalam kawasan hutan, juga terdapat sumber mata air dilengkapi air terjun, cukup untuk melepas penat dan lelah. Selama tiga jam perjalanan dari Pos Mayung Polak, pendaki akan sampai di Pos Jekat. Dua setengah jam perjalanan berikutnya dari Pos Jekat, pendaki akan tiba di Pos Momot Yamin. Konon, nama ini diambil dari nama seorang pemburu bernama Yamin yang kelelahan lalu istirahat (bahasa Sasak: momot) sejenak untuk melepaskan rasa lelah.

Pos selanjutnya adalah Pos Cemara Rompas (pohon cemara yang berguguran daunnya), yang berjarak kira-kira 1 (satu) jam perjalanan dari Pos Momot Yamin. Sepanjang perjalanan menuju pos ini, terhampar pemandangan menakjubkan dari ratusan hektar hamparan bunga eidelweis yang sedang mekar. Bunga yang oleh para pendaki maupun masyarakat Lombok dilambangkan sebagai bunga perwujudan rasa cinta, sehingga setiap pendaki ddipastikan akan selalu membawa bunga ini sebagai tanda mata untuk diberikan kepada orang yang dikasihi.

Selanjutnya, lebih kurang 1 (satu) jam perjalanan dari pos ini, pendaki akan sampai di puncak Gunung Rinjani atau di Pos Pelawangan (Pos Punduk) yang berada tepat di pinggiran danau Segara Anak. Di tempat inilah terhampar pemandangan menakjubkan, sebuah keindahan alam yang unik dan penuh misteri. Danau Segara Anak dengan anak gunung berapi aktif di tengah-tengahnya. Keindahan dan keunikan inilah yang telah mengundang decak kagum dan memikat hati ribuan pendaki baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk ingin kembali datang menikmati keindahan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Tidak berlebihan, Ali Guen, seorang pendaki dari Turki yang tiinggal menetap di Jerman, ketika diwawancarai salah satu media lokal mengatakan “Rinjani ini terlalu indah untuk saya simpan sendiri, dan akan saya sampaikan keindahannya kepada siapapun”.

Pendakian melalui jalur ini, sebaiknya dipilih ketika pendakian dilakukan pada saat musim panas. Hal ini di samping untuk bisa menikmati indahnya hamparan bunga eidelweis, juga untuk menghindari keberadaan lintah hutan yang keluar karena jalur ini lembab akibat tingginya curah hujan.

27 Maret 2012

Bahasa »