Sebuah Legenda Sastra

Hasan Junus
riaupos.co

KARYA AGUNG Rbmbyana terdiri dari 24.000 kuplet syair terhimpun dalam tujuh buku, dan pengarangnya Vblmnki yang hidup sekitar tahun 300 Sebelum Masehi ialah contoh sebuah legenda sastra. Legenda sastra dari negeri dan bangsa yang sama ialah Mahabhrata. Dasar cerita di dalam Ramayana dan Mahabharata terus tercipta turunannya dalam kebudayaan Jawa, Thailand, Sri Langka dan lain-lain.

Dari belahan kebudayaan Barat yang dinamakan juga belahan Ero-Amerika contoh legenda sastra ialah Odyssey karya Homer yang hidup lebih-kurang pada abad ke-8 atau ke-9 Sebelum Masehi di Ionia (Yunani); dua karya monumental Homer terdiri dari Odyssey dan Iliad; kedua karya Homer ini ialah karya yang isinya besar dan wujudnya setebal bantal.

Legenda sastra dari Arab ialah Alf Laila wa Laila yang pada masa terakhir masih terus bergetar di tangan seorang sastrawan besar yang tak pernah meraih Hadiah Nobel, Jorge Luis Borges. Dari Cina ada Li Po dan lainnya, dari Jepang Murasaki Shikibu, dan lain-lain. Yang patut dicatat sebagai legenda sastra cukup banyak dalam sastra dunia tapi memadailah disebutkan beberapa saja seperti Miguel de Cervantes Saavedra (1547-1616) dengan Don Quijote de la Mancha yang menjadi bahan kunci yang ditelaah terus-menerus oleh sastrawan dan filsuf Spanyol, Miguel de Unamuno y Yugo.

Seorang tokoh dalam cerita fantastik karya Jorge Luis Borges ialah Pierre Menard, seorang pengagum legenda sastra Miguel de Cervantes Saavedra dan karyanya Don Quijote. Lalu sang pengarang berhasil melahirkan karya yang dalam sosok keseluruhannya sama dengan Don Quijote de la Mancha karya Miguel de Cervantes Saavedra.

Legenda sastra dari kawasan Timur Jauh diwakili oleh sebuah karya kasih tak sampai Cina yang terkenal, yaitu Hung Lou Mung, karya Cao Zhan dan sebuah panorama kehidupan tersuruk di dalam istana kaisar Jepang, Genji Monogatari, karya Murasaki Shikibu. Murasaki Shikibu (978-1014) ialah seorang dayang di istana kaisar Jepang yang karyanya berjudul Genji Monogatari dinyatakan oleh para pengamat sastra Jepang di negeri berbahasa Inggeris sebagai one of the world oldest and greatest novel, yang menyebabkan karya itu dan pengarangnya berstatus legenda sastra. Sedangkan dari Cina pantas sekali disebutkan novel Honglou meng karya Cao Zhan yang dalam terjemahan bahasa Inggerisnya menjadi Dream of the Red Chamber dan dalam terjemahan bahasa Perancis ialah Le Rjve dans le Pavillon rouge yang tiga huruf kanji dalam bahasa Mandarin untuk judul karya ini dibaca secara kunyomi sebagai Ko Ro Mu. Pengarang karya ini dituliskan sebagai Cao Zhan “Cao Xueqin” Tsao Chan yang lahir di Juangning 12 Februari 1763 dan meninggal tahun 1715. Tahun 1791, 30 tahun setelah pengarangnya meninggal karyanya ini diterbitkan dengan versi komplit 120 bab diselenggarakan oleh dua serangkai Gao E dan Cheng Weiyuan. Karya yang berwujud besar dan memiliki ruh agung ini tokoh-tokoh utamanya terdiri dari 30 orang, sedangkan jumlah semua tokohnya 400 orang. Dua tokoh kasih tak sampai yang panjang dikenang dalam karya ini terdiri dari Lin Dai Yu dan Jia Bao Yu.

Akan tetapi status legenda sastra tidak harus diwakili oleh karya-karya sangat banyak dan setebal bantal. Ada juga penyair dan pengarang yang hanya mencinta karya-karya yang jumlahnya tak seberapa tapi digolongkan dalam legenda sastra. Misalnya karya penyair perempuan Yunani Sappho dan karya-karya puisi David Diop, seorang penyair Senegal.

Sappho “Sapho” Psappho lahir di pulau Lesbos (pulau di Yunani tempat kata lesbianisme berasal) kira-kira antara tahun 610 sampai 580 Sebelum Masehi. Penyair perempuan ini dikenal luas di kalangan masyarakat sastra karena kemolekan karyanya, sebagaimana dikatakan oleh penulis berbahasa Inggeris dengan the beauty of her writing. Dia hanya dikenal melalui belasan buah sajak, dan hanya satu sajak yang betul-betul komplit terselamat dari waktu, terdiri dari 28 larik, yang tersisa lainnya hanyalah 16 larik. Namun Sapho dan sajaknya sudah menjadi legenda sastra.

Legenda sastra yang lain bernama David Diop yang boleh dinamakan penyair Senegal dan Cameroun karena ayahnya orang Senegal dan ibunya dari Cameroun, kedua negeri sama-sama jajahan Perancis dan karya-karya sastra memakai warisan kebudayaan kolonialnya. Ia terkenal sekali sebagai penyair dengan satu kumpulan sajaknya yang berjudul Coups de pilon (1956; Hantaman Martil; diterjemahkan ke bahasa Inggeris tahun 1973 sebagai Hammer Blows). Kumpulan ini mengandung lima sajak yang dianggap sangat istimewa menjulang di cakrawala perpuisian berbahasa Perancis di Senegal. Ia dilahirkan di Bordeaux, Perancis, tahun 1927 dan meninggal-dunia di Senegal, negeri yang dicintainya yang memberikan para penyair seperti Birago Diop dan Liopold Sidar Senghor, seorang yang adalah sang presiden penyair dan juga presiden negara Senegal. Nasib telah menjadikan ia meninggal karena kecelakaan pesawat udara di kawasan pesisir negeri kekasihnya yang bernama Senegal. Legenda sastra yang bernama David Diop hanya mempunyai 22 (dua puluh dua) sajak yang dikumpulkan dalam satu kumpulan dengan lima sajak menjadi mahkotanya. Karya David Diop ini pada awalnya dapat dijumpai dari antologi puisi yang dikelola Senghor Anthologie de la nouvelle poisie nigre et malgache dexpression frangaise (1948). Lima sajak karya David Diop dan satu sajak karya Sappho cukup menjadi legenda sastra untuk disanding dan dibandingkan dengan karya beribu larik atau beratus halaman buku dari yang tergolong dalam karya-karya yang tergolong dalam legenda sastra lainnya.

Memang benar mutu sebuah karya sastra sebenarnya lebih merupakan tumpuan untuk menjadi legenda sastra lebih dari tumpuan pada jumlahnya. Jangan sangka dengan memanfaatkan daftar peraih Hadiah Nobel orang dengan mudah mendapatkan nama-nama para legenda sastra. Sekelompok para legenda sastra justru berada di luar daftar para peraih yang mulai dari tahun 1901 atas nama Sully Prudhomme dari Perancis dan Le Clizio pada tahun 2008 juga dari Perancis. Legenda-legenda raksasa seperti Franz Kafka, Paul Valiry, Rainer Maria Rilke, Andri Malraux, Jorge Luis Borges, Susan Sontag, Philip Roth bukanlah para peraih Hadiah Nobel.

Akan tiba masanya orang berbicara bukan dengan peraih Nobel tapi justru mereka yang tidak meraihnya. Lalu karya dan pengarang manakah yang dapat digolongkan ke dalam legenda sastra Melayu? Untuk karya-karya klasik mungkin dapat ditelesuri dari telaah dan olahan dari para kritikus seperti RO Windtedt dan Braginsky. Sedangkan untuk karya-karya Melayu modern mungkin sekali terbabit nama-nama yang sudah cukup akrab kita kenal seperti Amir Hamzah, Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri dan Iwan Simatupang, dan nama-nama lain yang layak disertakan menurut pandangan Anda.***

11 Maret 2012