Diantika PW
http://www.suaramerdeka.com/
Sebutan kota Batik bagi kota Pekalongan mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat internasional. Tetapi, bagaimana jika kemudian kota Pekalongan mendapatkan julukan baru sebagai kota Batik Sastra Dunia? Tentunya itu akan semakin mewarnai dinamika budaya sekaligus memberikan nilai tambah bagi kota Batik Dunia ini.
Demikian dikatakan humas panitia Forum Penyair Internasional-Indonesia di Pekalongan, Ribut Achwandi yang biasa akrab disapa Kang Ribut Gondrong. Lontaran pernyataan itu sekaligus sebagai sinyal bagi masyarakat internasional tentang akan diselenggarakannya pergelaran sastra dunia yang bertajuk ‘What Is Poetry’ pada tanggal 4-6 April 2012.
“Puluhan sastrawan kaliber dunia, baik dari manca negara maupun dari Indonesia akan turut hadir dan menyastrakan kota Batik ini,” kata Ribut.
Ribut yang juga staf pengajar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pekalongan menjelaskan, sastrawan manca ini didatangkan dari sejumlah negara seperti Jerman, Belanda, Denmark, Amerika Serikat, Islandia, Makedonia, Zimbabwe, Afrika Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Sementara dari Indonesia, turut akan hadir sejumlah sastrawan kenamaan seperti Afrizal Malna dan Saut Situmorang serta sastrawan lainnya.
“Forum ini sekaligus menjadi sebuah momentum yang berharga bagi masyarakat kota Pekalongan. Sebab, selain akan menjadi ajang pertemuan bagi sastrawan-sastrawan dunia, momentum ini sekaligus menjadi kado istimewa bagi masyarakat kota Pekalongan yang juga tengah memeringati hari jadi ke 106 tahun kota Pekalongan. Sehingga, ini akan menjadi salah satu cara memromosikan kota Pekalongan sebagai kota yang kaya akan khazanah budaya kepada masyarakat dunia,” ujar Ribut.
Dia menjelaskan, kegiatan tersebut akan dipusatkan di halaman klenteng Po An Thian yang merupakan klenteng bersejarah dan terbesar di kota Pekalongan. Di klenteng tersebut, para sastrawan akan mementaskan puisi-puisi mereka pada malam hari, Rabu (4/4). Menurutnya, pemilihan tempat tersebut juga bertujuan mengenalkan ragam budaya yang ada di kota Pekalongan.
Ribut menambahkan, kegiatan serupa juga digelar di tiga kota lainnya yaitu Magelang, Malang, dan Surabaya. “Melalui kegiatan ini diharapkan akan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan dan pengajaran sastra dan budaya,” pungkasnya.
(CN27 / JBSM ) 02 April 2012