Di Hadapan Penyair dan Sejarahnya

Anwar Noeris *
Riau Pos, 29 Mar 2015

Sisi baik dari penyair adalah sadar diri bahwa proses penciptaan puisi bukan lantaran pekerjaan yang menjadikan subyek memiliki profesi tetap dengan penghasilan ekonomi tetap. Dalam kasus ini baiknya puisi kita kembalikan pada hakikatnya: yaitu proses mencari.

Semangat modernisme pada perkembangan kesusastraan mutakhir yang diawali pesatnya ilmu pengetahuan memiliki pengaruh besar dalam perubahan dan perkembangan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri pergeseran nilai dan cara pikir masyarakat pada kesusastraan turut berkembang. Khususnya Indonesia. Pada dekade kali ini, industrialisasi perbukuan kita semakin hari semakin pesat, beberapa buku dalam setahun yang telah terbit, berapa puisi dan esai-esai kesusastraan yang telah masuk daftar editor dan penerbit?

Namun dari fenomena tersebut kita tak usah sibuk menghitungnya. Kita hanya buang-buang waktu saja. Bejibun buku yang sampai ribuan itu hanya ada satu atau dua buku saja yang murni lahir dari kebenaran hakiki kesusastraan, atau malah tidak ada sama sekali.

Perlu ditanyakan kepada himpunan penyair Indonesia, dalam menulis puisi sampai menerbitkan buku puisi apakah dari mereka ada yang pikun terhadap daya tarik pasar? Artinya buku puisi yang telah terbit di Indonesia orientasinya adalah laku dan mengejar daya saing pasar. Inilah semangat modernisme yang saya kutip di awal tulisan ini adalah sebagai perubahan dan perkembangan masyarakat kearah ke-absurd-an.

Kemudian dalam konteks ini, penyair terbentuk menjadi dua bentuk. Bentuk pertama, ialah penyair salon seperti yang dimaksud Rendra, penyair model ini berangkat dari deru popularitas. Puisi-puisinya yang hambar, yang tak memiliki nilai sosial, keritik dan bangunan puitik. Penyair semacam ini akan lebih suka bergelut dengan dirinya, sedangkan di luar dirinya akan terlupakan. Dalam hal ini gerutu Kahlil Gibran terlihat jelas pada puisi modern, bahwa puisi modern adalah anjing-balap orang-orang kaya sarana untuk memperoleh hal-hal duniawi; menjadikan puisi bidang apartemen atau gedung-gedung untuk mendapatkan penghasilan.

Bentuk kedua, penyair otentik. Penyair otentik akan diwakili Kahlil Gibran bahwa dalam pandangannya, penyair adalah seorang nabi yang dikirim untuk mencerahkan ummatnya untuk kehendak tuhan, sedangkan kehendak tuhan yang paling besar dan unik adalah cinta dan keindahan. Sepakat dengan ungkapan Jean Paul Sartre penulis adalah suara rakyat. Maka penyair sebagai layaknya penulis puisi bukan lantas sibuk dengan urusan dirinya tapi di luar dirinya yaitu orang lain atau masyarakat yang lebih luas cakupannya dan lebih indah persoalannya.

Pekerjaan penyair dalam semangat modernisme dan kapitalisme dalam perkembangan perbukuan sastra di Negara ini perlu kiranya kembali kita otak atik. Komitmen penyair, iya sebagaimana kata Jean Paul Sartre perlu dan wajib hukumnya bagi penyair. Sebab dengan komitmen penyair akan memulai kehidupannya dengan jelas, benar-benar penyair yang memiliki dasar kuat kesusastraan dan sejarahnya. Tidak seperti sekarang ini, yang hadir sebagai penyair hanya untuk mendapatkan rengking teratas sebuah nama, popularitas, atau malah sebagai pertaruhan hidup untuk perekonomian yang macet.

Penyair dan Sejarahnya

Tulis Ariestoteles, puisi bukan hanya sebuah karya imaji yang sia-sia, melainkan seni intelektual. Walaupun kata Joseph Peter Ghougassian alasan ini terlalu lemah untuk dibenarkan. Tapi melihat penyair dan sejarahnya yang orientasi puisi bertujuan untuk mengungkap kebenaran dan mendorong pembaca kepada kebenaran, hal demikian menjadi sejalan dengan perkataan Heidegger mengenai pemikiran puitik merupakan fondasi kebenaran.

Maka dari percekcokan tokoh-tokoh sastra dan ilmuan tersebut, penyair dan sejarahnya amat perlu di simpan sebagai bukti moral; puisi hal yang suci dan penyair adalah kebenarannya. Peristiwa-peristiwa historis yang rill untuk mengajak kita pada pemahaman yang mudah dan jelas mengenai tindakan-tindakan kebenaran adalah dengan cara menyelamatkan sifat alamiah menusia yang memang menyukai kebenaran itu sendiri.

Sementara itu juga saya tidak mungkin mungutuk semangat modernisme penyair sekarang, karena mereka sama memiliki alasan untuk sebuah kebenaran. Kebenaran hukum pasar dan kebenaran popularitas. Maka dengan luas hati saya memasukkan penyair-penyair itu terkelompok pada penyair salon dan pasar. Yang kata Nietzsche penyair seperti itu adalah penyair pembohong yang menafikan ajaran-ajaran dewa.

Penyair dan sejarahnya sering kita lupakan, kita lebih asik mengedepankan tindakan-tindakan praktis. Konsekuwensinyapun kerap menuntun kita ke arah yang tak jelas menyimpang dari nilai-nilai luhur kesusastraan itu sendiri. Penting untuk kita ingat situasi ini, hal yang sangat sederhana tapi begitu berarti untuk masa depan kesusastraan kita, khususnya kesusastran Indonesia.

Saya sepakat dengan Kahlil Gibran, mengenai puisi bukan semata-mata karya fiksi yang cendrung untuk memperindah dinamika kehidupan, namun sebuah usaha pendekatan terhadap dunia eksistensi manusia. Di mana karya sastra merupakan titik terang kejujuran mengenai kehidupan yang dialami oleh masing-masing individu untuk menemukan letak posisi kehidupan di dunia yang konkret ini dan hidup di tengah-tengah masyarakat luas. Sosialisasi pemikiran kita dengan masyarakat sangat menentukan eksistensi kita dalam menjadi proses kehidupan berbangsa dan bernegara ini.

Kehidupan dunia adalah kehidupan orang-orang diambang kebingungan, ideologi-ideologi yang masuk dan rubuh, memaksa tubuh untuk menerima dan menolak, kengerian moralitas dan kebebasan akses pengetahuan, menyedot perhatian mata pada keingintahuan dan penasaran, gejolak jiwa dan pikiran ini yang menimbulkan kegegelisan-kegelisahan yang amat runcing. Lalu di sini kemudian peran sastra di butuhkan sebagai proses mencari eksistensi manusia: sejarah dan kebenarannya.

*) Anwar Noeris, Penyuka puisi, aktif berkesenian di Komunitas Kutub. Tinggal di Jln, Parangtritis KM 7,5. No 44 Cabeyan, Sewon Bantul, Yogyakarta.
http://www.riaupos.co/2459-spesial-di-hadapan-penyair-dan-sejarahnya.html#.WktvG_CWbIU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *