BUKU : ESAI DAN KRITIK SASTRA

Sepilihan Esai & Kritik Sastra
Copyright © Pusat Pembinaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Cetakan Pertama, Juli 2017
ISBN: 978-602-6447-29-6
KURATOR/ EDITOR: MAMAN S MAHAYANA
PERANCANG SAMPUL: ARIMUKTI WARDOYO ADI
PENATA LETAK: CYPRIANUS JAYA NAPIUN

Diterbitkan oleh Pusat Pembinaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta dengan Kosa Kata Kita

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis

Daftar Isi:

SAMBUTAN
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
– Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.

PENGANTAR
Kepala Pusat Pembinaan Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa – Gufran A. Ibrahim

KATA PENGANTAR MAMAN S MAHAYANA

DAFTAR ESAI

1. Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru: Sutan Takdir Alisjahbana
2. Persatuan Indonesia: Sanusi Pane
3. Kesusastraan dan Rakyat: Sutan Sjahrir
4. Kritik Ukuran Sendiri: J.E. Tatengkeng
5. Membuat Sajak Melihat Lukisan: Chairil Anwar
6. Peranan Balai Pustaka dalam Perkembangan Bahasa Indonesia: Nur St. Iskandar
7. Pembahasan Orang-Orang yang Kenes: Asrul Sani
8. Mengapa Konfrontasi: Sudjatmiko
9. Arah Seni Berisi: Sekitar Soal :Tendens”: Bojoeng Saleh
10. Mencari Tokoh bagi Roman: Iwan Simatupang
11. Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia: Pramoedya Ananta Toer
12. Proses Lahirnya Manifes Kebudayaan: D.S. Moeljanto
13. Universalitas Daripada “Humanisme Universal”: Bur Rasuanto
14. “Kakaren” Simposium Kritik Sastra: Achdiat Kartamihardja
15. Tuhan, Imajinasi dan Kebebasan Mencipta: HB Jassin
16. Eros dan Sastra: D.A Peransi
17. Proses Pendangkalan dalam Pemikiran Sastra Kini: Wiramo Soekito
18. Imajinasi, Observasi dan Intuisi pada Cerpen “Langit Makin Mendung”: Bahrum Rangkuti
19. Penyair Sebagai Bendahara Sabda: Dick Hartoko
20. Romantisisme dalam Sastra Indonesia: Boen S. Oemarjati
21. Kritik Sastra Indonesia Mencari Kambing Hitam: Dami N. Toda

Sambutan: Sastra Indonesia Berfungsi sebagai Peneguh Jati Diri Bangsa

Sastra tidak lahir dari kekosongan. Ia ada, tumbuh, dan berkembang sebagai hasil kreativitas penulisnya melalui pemikiran, pengalaman, dan penghayatannya terhadap realitas kehidupan sosial. Oleh karena itu, sastra juga sering dianggap sebagai cermin kehidupan masyarakat. Dalam lingkup yang lebih luas, sastra juga menjadi simbol peradaban suatu bangsa.

Sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa, sastra Indonesia diharapkan dapat berfungsi sebagai peneguh jati diri bangsa dan solidaritas kemanusiaan. Untuk mendukung hal itu, kami menyambut dengan gembira terbitnya antologi ini.

Mudah-mudahan hadirnya antologi ini dapat menjawab kerinduan masyarakat akan adanya bahan bacaan yang bermutu dan sekaligus dapat menjadi rujukan yang memadai dalam bidang kesastraan. Selain itu, kami juga berharap agar antologi ini mampu menginspirasi lahirnya karya-karya sastra baru yang tidak kalah dari segi mutunya.
Antologi ini juga diharapkan menjadi bahan bacaan bagi pelaksana Gerakan Literasi Nasional sekaligus sumber penting pengembangan pendidikan karakter yang sedang digiatkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Jakarta, Juni 2017

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Pengantar : Sastra untuk Gerakan Literasi Nasional

Ada dua rekomendasi penting yang dihasilkan Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) I tahun 2016 lalu. Dua rekomendasi tersebut adalah perlunya pelaksanaan Munsi II di tahun 2017 dan perlunya penerbitan antologi puisi, cerpen, dan esai sastra, termasuk karya sastrawan peserta Munsi I.

Kedua rekomendasi tersebut telah terealisasi pada tahun 2017 ini. Pertama, penyelenggaraan kegiatan Munsi II tahun 2017, yaitu diskusi sastrawan tentang peran sastra dalam perawatan kebinekaan Indonesia dan, kedua, peluncuran antologi puisi, cerpen, serta esai sastra. Diskusi sastra merupakan cara penting para sastrawan se-Indonesia menyampaikan pemikirannya terkait dengan upaya pembangunan karakter anak bangsa yang berorientasi pada penghargaan dan penghormatan atas kebinekaan, suatu kecakapan hidup warga yang akhir-akhir ini menjadi masalah serius dalam bangunan keindonesiaan kita. Sementara itu, penerbitan dan peluncuran antologi puisi, cerpen, serta esai sastra adalah salah satu cara penguatan pembelajaran sastra di sekolah melalui penyediaan bahan bacaan sastra yang memadai.

Penerbitan dan peluncuran karya sastra atas kerja sama Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan penerbit Kosa Kata Kita, bersamaan dengan Munsi II tahun 2017 menjadi sangat penting ketika kita menemukan fakta bahwa karya-karya sastra bermutu tidak selalu tersedia secara memadai di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Bahkan, ihwal penyediaan antologi karya sastra ini menjadi semakin penting manakala kita mengetahui bahwa sejak Gerakan Literasi Nasional (GLN) diluncurkan Kemendikbud tahun 2015, hingga kini, soal ketersediaan bahan bacaan, termasuk bacaan sastra, masih menjadi masalah mendasar yang belum teratasi. Padahal, syarat dasar bagi pelaksanaan pembiasaan membaca sebagai langkah mula-mula GLN adalah ketersediaan bahan bacaan yang memadai.

Dalam kerangka penyediaan bahan bacaan GLN inilah, Munsi II tahun 2017 ingin memberikan oleh-oleh karya sastra klasik—puisi, cerpen, dan esai sastra—sastrawan ternama dalam edar sastra Indonesia serta puisi terpilih peserta Munsi I 2016. Dua “kategori” antologi ini diharap bisa membentang “lautan waktu”—meminjam istilah penilai dan penyelaras antologi ini—kepengarangan lintas-generasi sastrawan Indonesia, suatu hal penting dalam peta kemajuan dan pemajuan sastra Indonesia.

Tentu saja, antologi ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi dua hal penting tentang sastra dan literasi membaca. Pertama, mendaras linimasa kebersastraan sastrawan ternama Indonesia agar anak-anak sekolah punya kesempatan menapaki karya-karya bermutu dalam pembiasaan dan pembisaan membaca karya-karya hebat. Kedua, memperkenalkan sastrawan yang datang kemudian dengan karya-karya yang menandai semangat zamannya.

Selamat ber-Munsi II 2017. Ambillah tugas pembangunan jiwa bangsa melalui penguatan pembelajaran sastra di sekolah dengan cara gerakan membaca “satu bulan satu karya sastra bermutu” dan pembaruan model pembelajaran apresiasi sastra.

Jakarta, Juni 2017.

Gufran A. Ibrahim
Kepala Pusat Pembinaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Bersambung…
Postingan : http://sastra-indonesia.com (http://pustakapujangga.com)

Leave a Reply

Bahasa »