ATAS NIKMAT AIR
atas nikmat air
tak juga kau guna nalar
terus saja main sindir
memaki pagi dengan liar
tanpa melihat laku diri
biasa lepas air terus berlari
hampir sepenuh hari
22 Agustus 2019
MERDEKAKU
merdekaku itu
merdeka dari pikiran buntu
merdeka dari laku jemawa
merdeka dari gunjing sesama
merdeka dari bebal nalar
merdeka dari rasa paling pintar
merdeka dari rendah diri
merdeka dari sikap iri
merdeka dari dendam tak padam
merdeka dari cepat naik pitam
merdeka dari enggan berbagi
merdeka dari gegas bangun pagi
merdeka dari dusta disengaja
merdeka dari malas tiada tara
merdeka dari penjajahan dunia
sebab Engkau menunggu
di sana dengan janji-Mu
18 Agustus 2019
MERDEKA
M ari menjadi cerdas, kawan
E ratkan nalar dalam keseharian
R amu pula dengan emosi baik
D engan begitu kita akan dewasa
E nergi positif kita pilih
K eintelektualan adalah daya
A gar rasa merdeka lebih berarti
17 Agustus 2019
KETERPISAHAN
keterpisahan
adalah keniscayaan
diam-diam mengintai
terkadang pun telah sampai
di saat kita mungkin terlena
di kala kita tengah alpa
yang tersisa lalu rindu
ketakbersamaan
bisa memperindah kenangan
yang lantas kita tabung
menjadi penangkal linglung
setelahnya terus ada harapan
bagi suatu awal perjalanan
namun, bilakah tiba?
lagi-lagi keterpisahan
terus mengirim tanda tanya
di antaranya bernama cemburu
sebab tak jua dapat bertemu
kemudian bisa serupa dendam
jika saja semua dijawab diam
yang tak mudah dipadamkan
16 Agustus 2019
KUBAWA PUISI
kubawa puisi
bersilaturahmi
ke kediaman arti
biar sekian imaji
tak merasa asing
atau pun bersaing
mengambil nuansa
yang kerap tergesa
dikenakan
juga sajak
tak lupa kuajak
ke rumah makna
agar hilang curiga
bahwa dirinya
adalah kendara
yang akan membawa
ke padang nalar
riuh oleh sinar
15 Agustus 2019
BANGUN
saat terbangun
mungkin terasa ada di gigir tebing
atau ada di tengah penyamun
yang mendatangkan rasa pening
dan ketakberdayaan diri
ketika bangun
desir angin memberi harapan
mengusir pelan rasa ngungun
sebab hidup memang pertarungan
harus dihadapi dengan siasat
13 Agustus 2019
DI TANAH LAPANG ITU
di tanah lapang itu
aku berasyik masyuk denganmu
kau membelaiku sambil ingatkan
noda yang tercecer berserakan
cela yang harusnya tak dilakukan
pongah yang sering terlupakan
lupa diri yang kerap memabukkan
aku pun diam dan berkalkukasi
sekian kenistaan harus diakhiri
11 Agustus 2019
MEMBERI ITU
memberi itu
bukan membeli
dengan membeli
kau kehilangan
pun mendapatkan
tapi lantas sirna
sebab dalam fana
hampir nihil
yang kembali
membeli itu
bukan memberi
dengan memberi
tanpa paksaan
bukan tekanan
pamrih pun tiada
bukan cuma dunia
yang kau rengkuh
yang kau raih
selalu ada misteri
dalam memberi
terlebih lagi
dengan jernih hati
10 Agustus 2019
SAAT UNTUK MERENUNG
mestinya ini saat merenung
beriktibar dalam hening
masuk kepada setiap relung
agar yang selalu bikin pening
dapat diurai secara cendekia
yang ada lebih banyak khotbah
membagi pesan tanpa dicerna
padahal intinya ihwal berubah
bukan berlomba kirim wacana
yang bisa saja tak dimengerti
jadikan saat ini buat mawas diri
belajar inti yang bagai enigma
arti dan makna terus perlu dicari
sebab ia sarat tanda tanya
dan sering serupa fatamorgana
10 Agustus 2019
TATKALA YANG TAK DIHARAP MERAPAT
tatkala yang tak diharap merapat
rasa syukur pertama meluncur
jika tak terduga itu menceriakan
ketika yang tak dikira menimpa
percaya kepada-Nya yang utama
meski mungkin ia menceraikan
saat yang entah tiba-tiba tiba
latih diri pahami tiap teka-teki
sebab hidup selalu buat takjub
9 Agustus 2019
DOA
biarkan doa itu dilantunkan
tanpa perlu kita curigai
atau selidiki sampai inti
sebab apa hak memata-matai
atas komunikasi dengan Dia?
doa adalah kata penuh misteri
tatkala nyatakan mendoakan
sungguhkah itu kita lakukan
atau jangan-jangan kebiasaan
tanpa tindakan?
setiap hari berseliweran
pengakuan mendoakan sesama
untuk setiap kejadian apa saja
namun apa makna pernyataan
yang hanya sebatas di kata-kata?
8 Agustus 2019
KAMBING HITAM
selalu ada kambing hitam
diam menerima nasib tiba-tiba
sabar dan tak mungkin naik pitam
sebab ia sadar akan makna fana
terlebih di bangsa yang suka lupa
yang lempar batu kesukaannya
tapi tangan disembunyikan
dan menepi tapi mendendam
menunggu waktu buat menista
tanpa mau mendengar pesan
apalagi paparan logika
senantiasa ada yang ganjil
sulit dimamah nalar sederhana
namun di sini tak ada yang muskil
dan siapa saja harap menerima
uraian pelik disangka menakutkan
maka dicarilah tertuduh kodian
yang mustahil untuk berkelit
atau memberi alibi berbelit-belit
manggut-manggut yang ada
tertiup angin bergoyang bengong
seperti paham tapi melompong
7 Agustus 2019
SEHABIS GEMPA DAN PADAMNYA LISTRIK
Sehabis gempa dan padamnya listrik, masih jugakah engkau terus memekik, merasa telah dizalimi keadaan karena merasa lumpuh dan hanya bisa mengaduh?
Engkau telah dimanjakan teknologi yang selalu membawa risiko tetapi kau pilih masa bodoh sebab bagimu ilmu adalah segalanya sementara rendah hati adalah omong kosong bebal.
Kebersyukuran bagimu hanya milik pecundang sebab dalam pahammu yang serba mutakhir akan mengikis yang mubazir dan tak ada alasan untuk mampu mengatasi gerak zaman.
Kau sungguh alpa akan hakikat dan hanya memberhalakan yang serba cepat padahal makna hanya mungkin diraih dari perenungan yang dalam dan itu memerlukan keheningan.
Itu sebabnya engkau saat ini diberi kesenyapan untuk menyelidik ke dalam diri serta mencari arti di kefanaan ini dan bukannya untuk meliarkan amarah serta kenistaanmu.
5 Agustus 2019.