Sajak-Sajak Rakai Lukman

Sudih, Sudahlah!

Sudahlah Yat,
Elit yang kau puja punya rencana kibul
Dapurmu tetap ngebul
Sudahlah Yat,
Elit yang kau nyinyir punya jatah porsi
Tubuhmu belum ringkih

Sudihlah Yat,
birokrat yang kau agungkan punya diplomasi
Kerjamu masih gigih
Sudihlah Yat,
Birokrat yang kau acungkan menyusun kolusi
Pikirmu teguh nyali

Mari amini saja Yat,
Biar mala
Kualat amanat
Menyusur sendi elit
Kromosom keropos
Bokong pun tepos

Dukun, 2019

Doa

ilahi
ilahi
ilahi
gerak daun
gerak mimpi
getar guntur
cetar halilintar
pada rindu yang kau kirim
pada cinta yang terbelah
jadilah meski belukar
ataukah tunas yang menyala

Watu bodo, Desember 2017

Koran Pagi Kopi Kelam

koran pagi
pinggir hotel cangkir kopi
kucecap gerimis
miris di antara ladu lumpur coklat kenjeran
kenangan genang
direbut gamang
kami teriak lantang
membedah angin asin
“adakah penghuni?”
kami dilipat hujan
diliput gerimis
patung patung pujaan wisatawan
lapuk terlantar

koran pagi masih di tangan
rubrik korupsi iklan mobil, lowongan kerja
berhambur di kelopak mata
terpantul dalam kopi kental

koran pagi
kopi kelam
masjid digusur
demi kemegahan birokrat
legislatif sarat rencana
bumi hanguskan bulan
melumat sejarah matahati
matasepi

koran pagi
ampas kopi
lidah keluh perias bulan
dikira bualan
kami bukan kusam
tapi pualam
diremas atas nama pembangunan.

katanya
galeri
gedung kesenian
tak patut dilestarikan
tak ada komidi
tak ada devisa negara
baiknya di bumi ratakan
ditimbun belukar peradapan
lagi lagi
dikumandangkan
dalam draf kebiadapan

Surabaya, desember 2017

Kopi Keringat

secangkir kopi secangkir keringat
adalah biji-biji alpa
yang kureguk saban pagi
lidah getir pahit liur
kelopak mata rekah
kedip matahari liar
dari balik bibir tebing
laju petani kopi melebur kabut memanen mimpi
yang tak sampai pada dengkurku

seteguk kopi
sereguk keringat
adalah butir-butir embun yang tanggal
yang tak sempat hijrah di pijar matahati
barisan buruh tani berbanjar menuju tebing curam
mendaki pucuk pohon, memetik buah kopi
yang lupa kuziarahi

setetes kopi
setetes keringat
adalah butiran gerimis saban sore
yang lupa kuraba
kutampung dalam timba
penampung resah putera kota

kopi
keringat
embun
gerimis
berpadu
dalam palung kalbu
kalbu rekah
penikmat yang tak tahu muasal sebiji adalah sejuta air mata

Wonosobo, Desember 2017

Feodal Londo

Mbah buyutnya menanam,
anak, cucu, cicit memanen,
Tapi tidak mau merawat,
Apalagi mau menanam lagi,
Maklum ya, mental feodal Londo!

Anak jadi bapak, bapak jadi Simbah
Cucu dari anak, kelak jadi bapak
Cicit dari cucu, kelak jadi bapak
Bapak punya anak, Simbah punya cucu
Buyut punya cicit, cicit dari buyut

Romantika jualan trah negeri ha ha hi hi
Pamer jasa juang Simbah
Obralan jasa tulus si buyut
Cucu polah Simbah kepraba

Dasar feodal Londo
Adigang, adigung, Adiguna
Mengumbar pongah adikuasa
Melumat seisi lumbung pendapa
Negeri ha ha hi hi sisa ampas
Maunya panen, nandurnya ogah

Dukun, 2019

Leave a Reply

Bahasa ยป