: Teater Sembodo dan Teater Akeq
Rakai Lukman
Jumat (01/11/2019) selepas ashar meluncur lokasi diadakannya Diklat Teater. Sebelum sampai mampir dulu di Sanggar Pasir di Banyurip Ujung Pangkah. Di sanggar lagi menata teras gubuk literasi, dikerjakan oleh Deni and friend, kedatangan saya disambut mendung abu-abu di langit sore. Mereka begitu asyik beraktivitas sampai berkeringat pun tak dihirau, saya hanya sebagai penonton pertunjukan itu, sebagai saksi kegigihan lurah Sanggar merawat gubuk literasi. Sedikit tak tega muncul dibenak, saya menuju dapur meracik segelas kopi, lalu kusuguhkan. Sampai adzan magrib berkumandang, pekerjaan pun usai. Kemudian kami magriban, lantas berlanjut menuju lokasi Diklat teater.
Kami berangkat bareng, Deni dibonceng temannya, saya memacu sepeda motor membonceng angin. Perjalanan menuju arah barat, sampai di pertigaan PP (Pasir Putih) Dalegan, kami belok ke arah selatan melewati Desa Dalegan, di selatan desa sampai pertigaan kami belok ke arah timur, jalanan sudah diperlebar, plesengan jalan sudah ditata, sebagian sudah berpaving, tapi sayang belum selesai dan kondisi malam gelap, lampu jalan belum ada, cuma ada sebuah cafe selatan jalan yang lumayan terang, dan terlihat KerliP lampu perkampungan di lereng bukit Larangan.
Lokasi Diklat di baratnya dusun, tepatnya di persawahan warga, “kita ke teman-teman teater Sembodo dulu” kata Deni, yang tadi malam sempat mengisi materi olah rasa dan Sukma. Sampailah kami di depan musholah, timur musholah sudah ada beberapa rumah penduduk, kami melewati pematang sawah, terpaut satu petak kami sudah sampai di tempat Diklat, kedatangan disambut ramah oleh beberapa panitia, disuguhi legen, air minum sadapan dari pohon Siwalan. “Seger rasanya” kami mereguk kenikmatan legend asli dusun Sobero desa Dalegan.
Di sepetak tanah milik warga, yang belum ditanami padi, tenda-tenda berwarna-warni jumlahnya sembilan sudah didirikan, “kami bangun tenda dengan gotong-royong panitia dan peserta” ujar M. Zainuddin, pembina teater Sembodo. Adapun panitia cukup beratap terpal berwarna oranye di bawah pohon juwet (anggur jowo) pojok utara sawah. Antara magrib dan isya’ perbincangan kami mengalir begitu saja, nampak di samping tenda beberapa peserta dipandu cak Usman (teater Akeq).
“Semalam kami diguyur hujan, hujan pertama awal musim, menuju November rain, keren kan” cerita pembina teater, sembari menyuguhkan bungkusan nasi. “Sudah biasa kok, kami kehujanan pas Diklat, kami anggap berkah bukan musibah” imbuhnya. Langit nampak remang, rembulan seperempat berselimut awan tipis menaungi lokasi Diklat yang kelilingi pohon juwet dan pisang, di petak sawah sebelah barat nampak beberapa pohon siwalan yang masih belum puas merindu hujan. Sisa-sisa hujan semalam membuat tanah yang tadinya retak mulai menyatu dan pupus rerumputan mulai tumbuh di antara sisa-sisa jerami, serupa harapan Diklat teater kali ini, menumbuhkan generasi yang aktif dan kreatif.
Materi yang disampaikan beraneka warna, dari dramaturgi sampai management organisasi. Pengisinya juga dari luar daerah dan dari sekitar. Pembinanya ini pernah aktif di teater UINSA, jaringannya lumayan. Yang mengasyikkan lagi adalah kemandirian yang diajarkan dengan cara menimba air, kekompakan pun nampak hilir mudik. Meski lampu penerangan pun sekedarnya. Juga bersentuhan dengan lokasinya dipilih di sini karena ingin bersentuhan dengan alam langsung dan ketika malam ada aroma kesunyian bisa dirasakan, harapan pembina.
Diklat teater Sembodo, materi Dramaturgi oleh Fatih Sampek (mantan ketua KotaSeger), keaktoran 1 oleh Dihya (teater Akeq), keaktoran 2 oleh Cak Gendut (teater Sabda UINSA), penulisan naskah dan penyutradaraan oleh Cak Kamal (teater Hampa UN Malang, olah vokal oleh Fikri (teater 20), olah rasa dan Sukma oleh Cak Deni (Lurah Sanggar Pasir). Sebuah kolaborasi materi-materi dan pemateri teater yang berpengalaman.
Hal ini menjadi point plus dalam mengenalkan dasar-dasar teater kepada 26 pelajar (MA dan Mts Roudhotul Ulum Banyutengah Panceng). berlangsung dengan hikmat dan antusias dari para peserta. Bahkan ada materi yang mengeksplorasi alam dengan olah cipta yang melakukan jelajah di pematang sawah sekitar lokasi. “Inilah wujud mengenal seni budaya dan alam pada generasi milenial dan wujud komitmen kami membina dan mengarahkan peserta didik” M. Zainuddin menutup perbincangan bersama yang kemudian disambut kumandang adzan isya’.
Lalu berlanjut sholat berjamaah, nampak religiusitas di Diklat kali ini. Selepas Diklat akan ada pesta api unggun yang diisi pertunjukan peserta dan panitia. Lantas disambung dengan berkisah sejarah teater Sembodo oleh sesepuh, Sholihuddin. Juga perwakilan dari yayasan yang mendukung kegiatan kali ini. Malam dini hari ada jelajah malam dan pembaiatan. Pagi harinya pemilihan ketua dan pengurus Sembodo, lalu baksos dan go home.
Kami bertiga pun pamit, melanjutkan perjalan menuju lokasi Diklat teater Akeq IAI Qomaruddin Bungah Gresik. Kira-kira ke arah tenggara kisaran 200 m. Kami parkir sepeda di parkiran. Nampak di baratnya sumur (digali tahun 1997) lubangnya cukup besar, dibarat sumur ada kamar mandi. Di sekitarnya lokasi memasak untuk kebutuhan makan, minum dan mandi. Para panitia lagi rembukan untuk pementasan peserta dan pukul 20.30 WIB. Kedatangan kami disambut dengan ramah dan sukacita, saya pun bertanya tentang Diklat kali ini. Lokasi bersebelahan dengan perkampungan di kaki bukit Larangan, dusun Soberoh.
“Diklat sudah ke 19, lokasi di sini kami tempati sudah berkali-kali” cerita ketua panitia, Moh. Ainul Yaqin. Teater Akeq sudah tergolong tua usianya, dari beberapa generasi, sambung menyambung dalam keseduluran. Meskipun kali ini peserta cuma sepuluh, rata-rata perempuan. Panitia tetap semangat demi terwujudnya generasi berkesenian yang aktif kolektif. Sebagaimana tertuang dalam temanya “guyup rukun seduluran dalam kreativitas karya”.
Beragam materi yang disampaikan dimulai dari management sanggar dan managemen konflik oleh Cak Ulum, Cak Sofin, dimoderatori oleh ketua panitia. Wawasan keteateran oleh Cak Roin (pembina KotaSeger dan Sanggar Pasir), keorganisasian oleh Fani (sesepuh Akeq dan pembina teater SKS SMK Assaadah Bungah), keaktoran oleh Cak Dihya. Dalam penyerapan materi peserta meski sepuluh tetap antusias.
Diklat kali ini, teater Akeq kedatangan tamu dari Kasun Sobero, yang berpesan “kegiatan positif seperti ini, kami selalu mendukung dan ikut senang” juga kedatangan tamu dari Sanggar Pasir, RBP (Rumah Budaya Pantura), dan senior teater Akeq (Fani, Mustofa, Toni, Najah, Kiki). Mereka berterima kasih dan ikut bangga dengan Diklat kali ini, yang mana regenerasi Akeq masih berlanjut, selalu ada yang aktif dan kreatif. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 30 Oktober sampai 02 November 2019.
Malam apresiasi pun digelar, pertunjukan peserta dan panitia, ada pembacaan puisi, pantomim dan pementasan hasil Diklat. Panggung dan pencahayaan dipersiapkan oleh Cak Beqi bersama kru. Yang hadir ternyata bukan hanya penyelenggara, para penduduk kampung pun ikut nonton, ada yang mendekat ada yang dari kejauhan, maklum sedikit malu. Mereka ikut menikmati acara pertunjukan nampak menikmati dengan ikut hadir dan bertepuk tangan, bahkan anak-anak kecil juga ikut meramaikan. “peserta Diklat akan melakukan studi pentas pada acara malam purnama teater Akeq di IAIQ Bungah” tandas Sofin senior Akeq.
Malamnya ada jelajah malam dan pembaiatan anggota baru, sebagai wujud komitmen keanggotaan. Lalu pagi bersih-bersih dan berkemas lantas pulang. Saya pun memacu motor pulang lebih awal, ada jadwal di sekolah, kembali menjadi aktor berperan jadi guru Bahasa Daerah. Sampai jumpa dicatatan berikutnya.
Gresik, 12.13 WIB, 02-11-2019