Susun ‘Sisik Melik’ Desa-desa di Jombang, Gunakan Enam Pendekatan Keilmuan
Arif Yulianto
harianbhirawa.co.id, 17/02/2019
Bagi pegiat seni, budaya, maupun sejarah di Kabupaten Jombang, nama Dian Sukarno begitu tak asing. Pria yang memiliki nama asli Wiji Mulyo Maradianto ini dikenal salah satunya sebagai sejarahwan Jombang. Saat ini, dengan biaya sendiri ia telah menelurkan satu buah buku berjudul ‘Antopologi Legenda Jombang’ jilid satu. Seperti apa bukunya?
Buku karya Dian Sukarno tersebut berisi tentang legenda desa-desa yang ada di Kabupaten Jombang. Ia berharap, ada kebanggaan tersendiri bagi desa-desa yang telah memahami sejarah desanya sehingga dapat menjadi daya dorong yang sangat kuat.
Proses membuat legenda desa-desa di Jombang diakuinya mempunyai tantangan tersendiri. Ia mulai mengumpulkan data untuk tentang desa-desa di Jombang sejak 2004 silam. Berawal dari kegelisahannya jika ada orang yang mengatakan Jombang itu punya apa, Jombang itu ada apanya.
“Yang kedua pertanyaan Gus Mus (KH Mustofa Bisri, ketika meresmikan Jalan Gus Dur. Beliau mengatakan kepada Pak Yanto (Suyanto) waktu itu Bupati (Jombang), Pak Bupati tolong teliti airnya Jombang. ‘Banyune Jombang iki enek opo’, sampai diulang tiga kali,” ujar Dian Sukarno, Minggu (17/2).
Kemudian Dian Sukarno yang juga mantan jurnalis sebuah radio swasta ini pun mulai mengumpulkan data-data desa dengan menggunakan enam pendekatan keilmuan yakni pendekatan/ kajian artefaktual, etnoarkeologi, etnografi, topografi, dan pendekatan/kajian toponimi. Saat ini, satu buku berisi legenda desa-desa di Jombang telah rampung ia susun. Sementara, total telah terkumpul 650-an legenda tentang desa. Di mana satu desa bisa jadi terdiri lima legenda.
Tingkat kesulitan pada penyusunan ‘Sisik Melik’ ini diakuinya jika ada data yang terputus. Namun begitu, hal tersebut biasanya tidak terjadi lama karena ia telah memiliki data pendukung tentang desa-desa di Jombang yang hal itu sangat memberikan peran dalam upayanya mengupas sejarah desa-desa tersebut.
“Seiring berjalannya waktu kemudian saya ketemu dengan almarhum Pak Ngaidi Wibowo, pemimpin Ludruk Duta Kharisma, beliau punya ‘babonan’ Babad Jombang (Kebo Kicak), Kebo Kicak yang dibabonan itu sekitar 20-an desa, setelah saya telusuri, ternyata lebih dari 30-an desa yang muncul,” katanya.
Meski begitu, secara umum, penyusunan ‘Sisik Melik’ tentang desa-desa di Kabupaten Jombang ini masih belum selesai. Menurutnya, total membutuhkan 15 buku untuk membukukan keseluruhan legenda desa di Jombang, dengan asumsi, satu buku berisi 100 legenda, dan satu desa bisa jadi terdiri dari lebih dari lima legenda. “Jadi Jombang kalau dalam istilah arkeologisnya itu ‘Historical Landscape’. Jadi setiap bentang tanahnya mengandung sejarah,” tandasnya.
Dari pencairan tentang sejarah desa-desa di Kabupaten Jombang, ternyata keberadaan desa-desa di Jombang terdiri dari beberapa kultur seperti kultur Mataram Kuno, Airlangga, Dhaha Kediri, Majapahit, Kebo Kicak, VOC, hingga era orde baru.
Dari tiap-tiap era tersebut, Dian membenarkan bahwa mereka ternyata memberikan sumbangan atas berdirinya sebuah desa di Jombang, termasuk juga pada era perang Diponegoro. “Sehingga jika kita memperbincangkan laskar Diponegoro, banyak sekali dari ujung utara Ploso, sampai ujung selatan Mojowarno itu ada,” pungkasnya.
***
https://www.harianbhirawa.co.id/dian-sukarno-kisahkan-antopologi-legenda-jombang-dalam-buku/