Tempo, 28 Sep 2014
AKU AKAN MENGKHIANATIMU
Aku akan mengkhianatimu, dengan tiga buah apel
yang masih tergantung di pohon itu, karena sepasang
kekasih yang akhirnya pergi, hanya sempat memetik satu.
Aku akan mengkhianatimu, dengan seekor ayam betina
yang terpana, karena ayam jantan itu berkokok menyadarkan
murid Kristus yang bersumpah setia.
Aku akan mengkhianatimu, semenjak sajak hanya
berisi kata-kata cinta dan rindu, sementara kau adalah
duka Sang Bapa dan aku bukan seseorang yang begitu
mudah menggerutu.
(2014)
SORE YANG BERSAHABAT
Tak ada perjamuan teh di sini,
gadis berbaju merah muda itu
duduk dengan kaku. Seorang diri.
Kesepian barangkali anjing penurut
yang ikut sibuk menjamu tamu dengan
juluran lidahnya. Kau tak perlu takut.
Tiga buah gelas bening diletakkan
dan kita merangkai percakapan dari
bunyi sumbat botol yang jatuh. Akan
kita pahami nanti, arti petualangan
dan kepulangan yang tiba-tiba ini.
Seperti menebak yang berderap dan
mendekat pada sore yang bersahabat
ini: jatuh bayangan jauh di punggung,
atau ringkik kuda yang suaranya tepat
seperti masa lalu. Sementara, kita
hanya bisa duduk dan menelisik diri,
membayangkan: ada sebuah hutan tua
dan serombongan makhluk purba berpesta.
Makan dan minum dari tubuh waktu
yang terbuat dari percakapan kita.
Tapi sore ini, aku merasa begitu bahagia;
betapa bahasa yang terhimpun dari
sebuah ruang berwarna kuning tua,
di mana ada sebuah pertemuan, telah
membebaskan dan membiasakan aku
untuk menulis sajak dari istilah-istilah
asing di luar diriku. Istilah-istilah yang
selama ini membelenggu, seperti sebuah
pengertian tentang menunggu arti pulang.
Tak ada perjamuan teh di sini, gadis berbaju
merah muda itu mendekap anjing penurut itu.
Di tangannya segelas air. Sedang aku
merasa, ini sore yang bersahabat untuk
bisa pulang dan mengenang sebuah petualangan.
Dan bercerita semua itu bagi dirimu. Jika kau tak sibuk.
(2014)
__________________
Dedy Tri Riyadi tinggal di Jakarta. Giat di Paguyuban Sastra Rabu Malam (PaSaR Malam).