Minal Huda Wal Furqon

Moh. Husen

Saya punya kawan namanya Saidun Furkon. Nama tersebut jelas bahasa Arab. Sa’idun artinya kebahagiaan. Furqon artinya pembeda. Sebagai tukang servis elektronik, dia harus terlebih dahulu membedakan komponen mana yang sebenarnya rusak, baru kemudian diperbaiki, endingnya adalah sebuah kebahagiaan: “Berapa ongkosnya Pak?”

Saya juga punya kawan bernama Huda. Artinya petunjuk. Nah, kalau disambungkan, melalui kemampuan membedakan inilah sebuah petunjuk akan semakin terjelaskan dengan sejelas-jelasnya.

Pelajaran pertama umat manusia ialah mengenai “nama-nama benda” (Al-Baqoroh 31), dalam artian bisa juga kita sebut sebagai pembelajaran membedakan. Jika manusia tidak bisa membedakan air dan api, atau air dan api dianggap sama, maka celakalah manusia ketika meminum api.

Sebuah petunjuk menerangkan kepada kita bahwa ini api, ini air, ini asli, ini palsu, ini dermawan, ini penipu, dan seterusnya. Jika kita tak mampu membedakan sebuah fakta, bahwa air dianggap api, air satu ember dianggap sama dengan air sekabupaten, pencuri kelaparan karena sudah tak ada lagi kaum dermawan dan agamawan dianggap sama dengan pencuri yang tujuh turunannya kaya raya hingga bisa makan diluar negeri, maka semua “petunjuk” itu tak akan bisa menjadi “penjelas” jika kita tak mampu “membedakan”.

Al-Quran yang telah diturunkan Allah pada bulan Ramadhan telah menuntun kita semua untuk mendapat petunjuk serta penjelas mengenai petunjuk dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Syahru romadhonalladzi unzila fihil qur’an, hudallinnas, wa bayyinatimminal huda wal furqon (Al-Baqoroh 185).

So, dengan puasa dan Quran, Insya Allah kita akan mendapat petunjuk serta mampu membedakan kebaikan dan keburukan, ketulusan dan pura-pura.

Banyuwangi, 26 April 2020.

Leave a Reply

Bahasa ยป