Moh. Husen *
Setelah saya bincang-bincang dengan kawan seorang guru, dari jam 10 malam hingga hampir jam 1 dini hari, ada satu hal yang baru saya sadari dan baru saja saya mengerti, ialah bahwa seorang guru pasti mengetahui dan mengerti mengenai baik dan buruk secara akal sehat yang paling sangat sehat.
Saya termasuk telat mengetahui hal ini. Sungguh luar biasa hikmah malam Ramadhan yang saya temui kali ini. Mempunyai ilmu baik dan buruk saja rasa-rasanya sudah membuat cemburu berat bagi siapa saja yang mungkin bukan guru. Jika diantara kita ada yang bukan guru, mungkin perlu mati-matian belajar untuk menemukan baik dan buruk.
Tapi bagi seorang guru, baik dan buruk itu sudah melekat dalam jiwa raganya sehingga tak perlu sulit-sulit mencarinya kemana-mana. Mustahil seorang guru tidak mengetahui baik dan buruk. Jangan pernah menyangka guru itu nggak punya akal sehat sehingga menjadi layak disangka bahwa seorang guru tidak mengetahui baik dan buruk.
Kalau ada guru yang tidak mengerti baik dan buruk, pasti itu guru yang rendah hati dan sedang menyamar. Kita-kita yang bukan guru mungkin mulai sekarang harus gerogi berat bila bertemu seorang guru, sebab orang lain bisa kita sesatkan bahwa yang baik itu buruk dan yang buruk itu baik. Sedangkan guru mustahil bisa disesatkan seperti itu.
Guru adalah pakarnya baik dan buruk. Guru sangat expert mengenai baik dan buruk. Kalau ada guru tampak diam saja melihat keburukan sehingga seakan-akan bisa kita simpulkan bahwa guru tak mengerti keburukan, rasa-rasanya mungkin mata kita saja yang mulai rabun atau lensa kacamata kita perlu dipertebal.
Jadi, apakah kita tidak bangga kepada para guru yang di dalam hati dan kepalanya sangat mustahil seribu persen mereka tidak mengetahui baik dan buruk? Apakah kita tidak gelisah sedikitpun jika kita tak mengerti baik dan buruk?
Hmmm…. Alangkah nikmatnya menjadi guru, karena guru pasti mengetahui baik dan buruk. Percayalah. Ini bukan sindiran. Bukankah kenyataanya memang begitu? Dan rasanya kita semua ini iri kepada guru karena betapa sulitnya kita mememukan baik dan buruk sedangkan bagi seorang guru: prihal menemukan dan mengetahui baik dan buruk betapa sangat gampangnya.
Hari ini, 1 Mei adalah hari buruh. Tatkala seorang penikmat kopi hitam bertanya kepada putrinya: “Hari apa itu Nak, kok tanggalnya merah?”
“Hari buruh, Yah!” jawab si anak.
Sedangkan suara yang masuk ke telinga si ayah adalah hari guru, sehingga dia pun hari ini menulis prihal guru. Mungkin dompet si ayah sedang kosong, jadinya salah dengar.
Banyuwangi, 1 Mei 2020.
*) Penulis buku Tuhan Maha Pemaaf dan Maha Tidak Tega. Tinggal di Rogojampi-Banyuwangi