Sajak-Sajak Firman Wally

PULANG

Layar telah ia tanam di tubuh perahu
semang-semang sudah siap berlenggang
menerjang kuatnya ribuan gelombang

Di lautan paling dangkal
ikan-ikan mendidih di atas permukaan
tasi senar ditenggelamkan dalam
ikan-ikan timbul menari berlumuran darah
lalu mengalir, dalam perahu berupa berkah

Matahari jatuh di kepala gunung
burung-burung bersahutan memanggil pulang
hujan deras memandikan kerikil pada tanjung
menandakan bahwa ia harus segara pulang
sebab ada yang menantinya di dulang.

Tahoku, 18 Juni 2020

PULANG II

Di negeri ini tempatnya ia merawat kasih
sebelum dipelihara rindu di tanah rantau
dalam buaian sepi paling pilu

Sejak ia dirantau jauh
lekat di kepalanya lagu-lagu rindu
yang selalu dinyanyikan ibu
-paling merdu
dari dulu hingga sekarang

Ia harus pulang
agar kasihnya dapat terulang

Di dalam perjalanannya
pohon-pohon sagu di sepanjang laluan
berbaris-baris bergesekan dikibas angin
menyambut datangnya perantau
yang pulang dari negeri seberang.

Tahoku, 18 Juni 2020

HITU MENUJU ASILULU

Aku melangkah dari Hitu
menuju Asilulu
melihat pohon pala berbaris-baris
pohon cengkih belajar mendaki

Sepanjang jalan
aku disambut harumnya bunga pala
juga wanginya daun kemangi
seperti kopi buatan ibu

Di kaki Gunung Tuna
ada jejak-jejak sejarah;
masjid wapa’ue, benteng amsterdam
gereja imanuel, dari dulu sampai kini
masih terjaga dengan penuh cinta kasih

Kini Hitu sampai Asilulu
telah jadi lagu penuh senandung
juga menjelma nyanyian rindu
sejak aku sudah merantau jauh.

Tahoku, Juni 2020

KUAH IKAN DI MEJA MAKAN

Berketuklah
piring di meja makan buatan ayah,
perkara kuah ikan kakap buatan ibu

Kuah ikan kakap begitu sedap
warnanya merona menggoda
membangkitkan selera kita
yang duduk di depan meja

Di meja makan
kita saling berebutan kuah ikan
sebab kuah ikan masakan ibu
rasanya sungguh lezat adanya,
tak setes pun mengajak bercanda
apalagi dinikmati selempeng sagu
buatan ayah,
yang dihasilkan dari gunung jauh.

Tahoku, Juni 2020

AYAHKU PELAUT

Memandang biru laut Leihitu
dari batang pohon ketapang,
terkenanglah aku pada ayah
yang tangguh menghadang gelombang
hingga aku nikmati asin keringatnya

Aku mengenal bangku sekolah
hingga ijazah sarjana
sebab laut sudah menjadi nadi ayah
tempat dia mengalirkan darah.

Tahoku, Juni 2020

Firman Wally, lelaki kelahiran Tahoku, Negeri Hila di Jazirah Leihitu (Pulau Ambon), Maluku Tengah, 03 April 1995. Alumnus SD Inpres Hila, SMP N 1 Leihitu, dan SMA N 1 Leihitu, kini sebagai Mahasiswa UNPATTI Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia.

One Reply to “Sajak-Sajak Firman Wally”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *