UNTUK-MU “SRI”
Sejenak kau berbaring
dalam larut kebimbangan
Kau selalu berkata,
“Aku lilin saat siang”
Kau telah lupa Sri!
Kaulah sajak dari bilik bambu
mengajarkan arti yang lama mati
Aku pena, ingin mengukir kisahmu
Kau lukisan di ruang tiada terjamah,
hanya kertas-kertas, kau sodorkan…
Kau sudah lupa Sri?
Bahwa kau antologi
dalam rimba sajak berdasi.
Jadilah tuak memabukkan,
hingga aku lupa arah pulang…
Sri, kaulah sajak dari mimpi.
Madiun, 25 April 2020
MANTRA TERAKHIR
Pedang-pedang menumpul di lembah
sebelum arena perang terakhir
Kesatria berjalan penuh luka
dari anak panah menancap sehari lalu
kini terdiam di batang pisang dekat perapian
“Luka ini, tak sepadan dengan penderitaan
luka ini bisa kuperban, luka ini bisa kutahan
tetapi, tidak dengan mereka meregang nyawa
Aku tak akan diam
demi mereka yang telah hilang
serta jatuh pada jurang kematian
Aku tak akan kalah
meski darah mengering sudah
meski darah tak berwarna merah
Aku tak akan kalah
Sebelum Tuhan memberi kemenangan”
Suara itu menggema memecah angkasa
mantra terucap lantang dari mulutnya!
Madiun, 160919
LENTERA USANG
Terbaring lemas diapit jerami
memandang sudut sepi
Dibuli angin semilir sejuk
Memuntahkan jejak jiwa
menahan rindu amatir
pada bukit-bukit bisu
Sebulan lalu lentera malam
kini tak cukup kuat menahan
sebatas lentera usang
tertelan peradaban.
13 Desember 2016
Sumargono SN, pria kelahiran Madiun tahun 1991. Tertarik pada dunia puisi sejak sekolah dasar. Antologi puisi pertamanya bertitel “Lentera Usang” (2018), dan yang kedua “Wanita Tua” Penerbit Mekar Publishing 2019.
Amazing imajinasinya
Uwu, selamat berkarya, Kak.