Belajar (Lagi) Pada Kata

Amien Kamil

Dari segala macam pengalaman puitik, aku teringat pada apa yang dikatakan oleh karakter John Keating yang dimainkan dengan sangat apik sekali oleh Robin Williams dalam film “Dead Poet Society”, sebuah film Amerika produksi 1989. Adegannya di dalam kelas. Ia bercerita tentang seorang pengajar bahasa inggris di sebuah sekolah khusus laki laki pada era 1950-an yang memberi inspirasi pada murid-muridnya untuk selalu membuat perubahan dalam hidup mereka dan mengajak mereka untuk selalu tertarik dan mencintai puisi. Ia bilang;

“Kita tak membaca ataupun menulis puisi karena hal itu unik. Kita membaca ataupun menulis puisi karena kita sadar bahwa kita adalah anggota dari ras manusia. Menjadi manusia haruslah diisi dengan gairah. Segala macam ilmu entah itu Kedokteran, Hukum, Bisnis ataupun Teknik adalah mulia dan diperlukan untuk mempertahankan hidup. Namun Puisi, Keindahan, Asmara dan Cinta adalah alasan kita untuk selalu, selalu, selalu dan berusaha untuk tetap hidup!”

Dalam menghadapi dan menghayati kehidupan serta bergumul dengan dunia kesenian dan kesusastraan, akhirnya aku mendapat pelajaran dan pencerahan. Aku bilang pada diriku sendiri bahwa “Puisi itu bagai doa yang membasuh dosa, Puisi itu bisa menjadi kunci pagi, siang dan malam, yang akan membuka gembok langit yang menyimpan berbagai rahasia dan harta karun mutiara kehidupan. Niscaya walaupun kau dalam kegelapan ada secercah cahaya yang akan menuntunmu menemu jalan terang yang menggali kebenaran. Bila puisi menjadi ibu bagi penciptaan orkestra, maka nada-nadanya adalah spektrum warna-warni yang ketika diurai akan menjadi rangkaian gerak indah berupa tari yang tak hanya akan menjadi repetisi komposisi gerak mati tanpa muncul kesadaran yang mengacu kepada hakikat jiwa. Karakter kata dalam puisi dan segala interpetasi didalamnya bisa didedahkan dengan menjahit aneka simbol untuk menjelajahi kedalaman makna hingga seakan tercipta bias bias cahaya transparan yang akan memberi asosiasi, juga impresi hingga sampai pada greget, soul, jiwa dan taksu yang bermuara pada keindahan hakiki serta pengalaman puitik yang takkan kau lupakan dan sudah pasti memberi pencerahan!”

Puisi mungkin membuat kita dari waktu ke waktu sedikit lebih sadar, perasaan lebih dalam yang tidak bisa dirumuskan dan disebutkan namanya yang membentuk lapisan bawah dari eksistensi kita.  Sering kita jarang menembusnya, karena hidup kita sebagian besar merupakan penghindaran yang konstan terhadap kita sendiri. Kadang puisi dapat berkomunikasi sebelum dimengerti.  Puisi adalah sebuah Oracle. Puisi adalah juga sebuah mitos kecil tentang kemampuan manusia untuk membuat hidup lebih berarti. Pada akhirnya, puisi itu bukan hal yang kita lihat. Lebih tepatnya, cahaya yang dengannya kita dapat melihat dan apa yang kita lihat adalah kehidupan. Puisi adalah pikiran yang bernapas, kata-kata yang membakar. Puisi tak bisa diberangus dengan sabda ataupun senjata, karena puisi itu cahaya. Puisi seringkali lebih halus dan lebih filosofis dari sejarah, sebab puisi mengungkapkan dengan universal dan sejarah hanyalah sebuah versi dari peristiwa masa-lalu lantas banyak orang memutuskan untuk menyetujuinya.

Perlu kau tahu dan coba mulailah dari sekarang untuk membaca puisi agar hidupmu jadi lebih segar dan berwarna serta lebih lengkap. Lewat larik larik puisi kau bisa dapatkan pencerahan, inspirasi dan pengalaman batin serta tamasya ke negeri yang tiada dalam peta dunia. Bila kau enggan, juga tak apa. Itu hak dan kebebasanmu sebagai seorang manusia.

Namun perlu kau tahu, bila kau tak menyukai dan membaca puisi bukan tak mungkin kau akan tersesat dan hanya akan berputar putar dalam labirin dan setelah itu akan masuk dan terjerembab serta terkurung dalam perangkap yang kau buat sendiri!

Salam dari Distrik Puisi, Kepulauan Kata, Republik Bahasa

27 Agustus 2020
kamilamien@rocketmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *