Misteri Senjakala

Rakai Lukman *

Berlari dikejar senja. Memungut bebayang yang melipat ashar, ashar yang diseruput angin dan kilau pesisir. Pesisir menampung buih tetesan keringat desir lautan sore, sore yang berburu kecepatan, ketepatan ruang digilas gamang pemburu serpihan cahaya rasa.
Rasa yang campuraduk warna, warna yang pudar ditelan gemuruh ingin, ingin sekutu dingin perahu-perahu sandar, sandar di bibir pantai, pantai legam warna diramu limbah pun sampah, sampah kepalsuan juga kepicikan naluri, naluri purba yang berduyun-duyun hinggap di dasar kalbu samudera. Samudera penampung segala peristiwa, yang direkam hamparan langit senja.
Senja yang menguning, serupa tumpukan dedaun yang menanggalkan reranting nasib. Nasib senggal dirubung aroma kemiskinan, miskin yang melahirkan gejolak misteri dan mimpi-mimpi. Menjumpai perabot takdir yang jungkir di gulungan ombak. Ombak penempa runcing karang, pengukir butiran pasir. Pasir disepuh gelombang senja, senja yang direbut pekat malam keramat.
Keramat pemanggil roh bulan juga kedipan sinis gemintang. Gemintang yang lelah memanggul beban, beban yang burai dihempas angin baratan. Baratan dibonceng petaka malam, malam dongengan duka lara, duka lara yang dibalut kelekar tawa, tawa yang mulai risih menyembur bersama liur kepalsuan.
Palsu yang sangsi ditiup desiran hasrat yang membuta, menulikan pendengar-pendengar celoteh kawanan kelelawar, kelelawar yang berpesta buah pahit musim musykil, musykil yang dicerna bimbang menemui pilihan yang hambar, hambur di langit fajar penglihatanmu

Dukun, 30 Agustus 2020


Rakai Lukman ialah nama pena Lukmanul Hakim, kelahiran Gresik 1983. Ikut berkecimpung di dunia kesenian semenjak SMA, berlanjut di Yogyakarta, lantas pulang ke kampung halaman. Di tanah kelahiran, masih ikut nimbrung di perhelatan alam estetika. Sempat nongkrong di Sanggar Jepit, Teater Eska, Roemah Poetika, Teater Havara, KOTASEGER (Komunitas Teater Sekolah Gresik), Gresik Teater, DKG (Dewan Kesenian Gresik), Lesbumi PCNU Gresik, dan Sanggar Pasir. Menjadi Guru SB di SMK Ihyaul Ulum, dan Guru BI di SMK al-Ihlas. Antalogi tunggal “Banjir Bantaran Bengawan.” Antalogi bersama, Kitab Puisi I Sanggar Jepit (2007), Burung Gagak dan Kupu-kupu (2012), dan Seratus Penyair Nusantara, Festival Puisi Bangkalan II, 2017. Juga terlibat riset dalam program pendampingan teater DKJT 2018, dan pengkajian sejarah lokal Desa Canga’an, Ujung Pangkah, Gresik 2019. Kini sedang mempersiapkan antalogi kedua, “Curhatan Bengawan” 2020.

Leave a Reply

Bahasa »