SAJAK MUSIM CENGKEH, 1
Pohon-pohon tua itu
kini kembali jadi panggung
dan kita mesti kembali jadi punggung
bila kamu ingin di pohon, biar aku yang di ujung
bila kamu ingin di ujung, biar aku yang di pohon
bila kamu ingin kedua-keduanya, biar aku menjadi
steleng atau salapa buatmu. Atau——- menjadi tali
untuk cabang dan ranting yang ingin kau petik buahnya
atau untuk bambu yang ingin kau eratkan— pelukannya
atau menjadi tigalu yang kau kirimkan ke berbagai ufuk
kemudian kau biarkan angin menyulapnya jadi seruling
atau menjadi karung,
untuk ia yang telah kau petik dengan tabah
untuk ia yang ingin kau bawa,
sebagai satu persembahan kepada kehidupan
atau menjadi terpal yang kau tinggalkan di rumah,
yang esok pagi menjadi bumi kecil, untuk ia
yang telah kau tanam dengan keringat,
yang telah kau rawat dengan sabar
yang telah kau petik dengan tabah.
Supu, 2020.
steleng : tempat injak dan tempat duduk di atas cengkih
salapa : karung untuk cengkeh yang telah dipetik.
seruan / panggilan di tengah hutan.
PUNCAK TERTINGGI DALAM SEJARAH MASA KECILKU
Akhirnya aku membawamu
ke puncak tertinggi dalam sejarah masa kecilku
kita pergi sebelum matahari beranjak jauh dari lautan
kita pergi, tak sekadar kembali kepada muasal atau kepada kebun
kita pergi untuk memahami arti dari setiap lelah dan tetesan keringat
keringat yang bertahun-tahun menjelma lautan, dan kita berlayar di atasnya
sebagai perahu yang merdeka. Pagi ini——— kita pergi untuk mendekapnya
masuk ke dalam batinnya, masuk ke dalam hijaunya, masuk ke dalam birunya
masuk ke dalam, ke dalam asinnya, yang telah membuat kita menjadi—–insan.
Akhirnya aku membawamu
ke puncak tertinggi dalam sejarah masa kecilku
kita pergi sebagai sepasang manusia
aku sebagai rahman dan kamu sebagai rahim.
Supu, 2020.
PANGGIL SAJA AKU LABA
Panggil saja aku Laba
perombak yang ditangkap
setelah kapal perang visivius
dikirim residen Ternate ke Tobelo.
Panggil saja aku Laba 1855
Gamhoku yang rata dengan tanah
lalu Ibu kota menjadi Gamsungi.
Panggil saja aku Laba
perombak paling ditakuti
dan tidak pernah tunduk
kepada siapa-siapa.
Morotai, 2020.
CANGA
Jika ada yang menyeruhkan perang
ke depan darah kami siap tumpah
menyatu dengan lautan.
Di pertengahan abad ke-19
kami bikin Filipina tertantang
di pantai Utara Jawa Timur
kami bikin Belanda gentar
kami berkayuh ke Kalimantan
kami berkayuh ke Sulawesi
kami berkayuh ke mana-mana
Ingat!
kami tidak berkayuh
dengan tangan sesiapa
tangan kami adalah mesin
tak pernah kehabisan minyak.
Morotai, 2020.
________________________
Abi N. Bayan lahir di Desa Supu Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, 14 September 1990. Anak dari Hi. Naser Dano Bayan dan Hj. Rasiba Nabiu. Kini tinggal di Morotai sebagai guru MA Nurul Huda Gotalamo dan Pembina Sanggar Nurul Huda Gotalamo.