Puisi-Puisi Dody Yan Masfa

IBU

Ibu adalah embun pagi bening
Membasuh kening usap hangat
Tempatku lari ketika gelisah
Dekapnya sehimpun keteduhan

Ibu adalah malam penuh bintang
Berkelip sepanjang waktu
Jika siang Ibu adalah danau
Tempat kami anak anaknya
Bermandi cinta kasih

Ibu…
Tak terperi sayang dan perhatianmu
pada kami, meski selalu kami susahkanmu
Hari ini doaku dan saudara saudaraku, kami
himpun buatmu. Terimalah sebagai rasa syukur
kami, sebab telah memiliki Ibu sepertimu

Rengkuhlah kami selalu dalam dekap kasihmu
Sebab kami yakin di jemari, senyum,
dan geriap mripatmu memandang
penuh kasih sayang,

Tuhan bersemayam di situ

2018

PUISI PAGI INI

Lewati saja jalanan itu
Sembari menulis jejakmu
Perihal burung pagi hari
Tentang tanah basah
Reranting pohon dengan
daundaun gugur diterpa angin
bertabur gerimis
Astaga, jangan hentikan ayun kakimu
Sebab berhenti adalah penghianatan kecil,
kelak berjibun menjadi dendam dalam otakmu
Kealpaan yang menolak, bahwa kau pernah
menekuri jalanan itu, melupa pada orangorang
yang pernah berpapasan memberi
tanda perjumpaan

2019

SEBUAH PUISI BUATMU

Wajahmu sepasir putih
Kerut perjalanan panjang
tersirat dari senyummu
menawarkan kesima
Kau tampan jangan lelah,
kau bawa pula bunga
sekuntum ranum seperti
wajahmu

Hari lalu ada pesan dibawa kereta
tentang kau akan datang
Bersama buncahan kenangan
pernah tertulis indah

Disebuah halaman luas
menghadap rerumput
Rimbun hijau perdu
pohonpohon kabut
pula seratus kupu
terbang lintang pukang
ditimpa angin perlahan

Kenangan itu pernah ada
seribu kurun waktu

Hari ini kau didekatku
berwajah putih cahaya

Aku memikirkan paut
jalur bentang perjalanan
berikutnya atau
lebih tepatnya ujung
kehidupan

2019

SORE

Sebelumnya aku menduga
telah kau kirim kabar kerinduan
Ternyata sampai turun kejalan
belum juga ada rimis
Beberapa kalimat sapa
kukemas sudah menjadi frasa,
bahkan sebait

Belum cukupkah itu menjadi firasat

Lama tak bercumbu adalah
sore yang kelam bagiku,
biasanya bisikan dan derai
tawa lalu sedikit cemburu,
dekapan lantas seluruhnya
tenggelam

Belum cukupkah itu menjadi hasrat

Kabarmu selalu burung sekarang
melintas dilinang seusai malam,
hari dan berbulan tenggelam,
matahari ikut pudar pula
sepanjang tahuntahun

Belum cukupkah itu menjadi kesumat

2019

MIMPI PAGI

Kuletakkan malam
Buncah embun kusediakan
dalam ruang semesta
Pagi kupastikan datang
Bersedia dengan dadanya

Daundaun tumbuh ditimpa cahaya
Angin kecil memggerakkan semua
Gemerisik bunyi kusulamkan
Bersama aroma bulan kusisakan

Bagi manusia, hewan, tumbuhan
Dengan segala kebenaran

Kubangun pagi dengan ketahjuban
Dari sekian sabda terangkum
Cinta tersusun berabad

2020

Dody Yan Masfa, lahir di Surabaya 15 Juni 1965, menulis puisi adalah kegemarannya sejak remaja, sebagai ngudo roso, katarsis, dan meneliti diri sendiri sejauh mana ia memiliki kepekaan rasa keindahan tentang bahasa tulisan. Prestasi karya bukan menjadi prioritas bagi dirinya. Menekuni teater sejak usia muda, sampai sekarang aktifitas itu menyeretnya untuk terus menulis. Dody adalah aktor dan sutradara teater Tobong. No Kontak: 085732439089 email : dodyyanmasfa@gmail.com

Leave a Reply

Bahasa ยป