Puisi-Puisi Sumargono SN

KEMBANG TAK MEKAR

Hilang meradang
menerjang tak satu datang
menelan serbuk sari kembang

Mata merah membakar
surut serta pasang; bimbang

Sedari tadi mondar mandir
di alun-alun kota
tiada cahaya
kelam

Semua hilang tak akan datang
semua sirna memeluk asa
ingin tidur awal petang
dipeluk rembulan
mendekap malam

Kabarkan jika esok datang
pada burung serta kumbang
bunga tak akan mekar berkembang

Jangan ada penantian dan bimbang.

Madiun, Mei 2020

PENCARI RIZKI

Di sini jiwa menantang segala
berlumur peluh untuk tercinta

Selangkah fajarnya
hanya bercumbu asa
nadi bergejolak menahan
menghantam segala rintang

Sebutir harap senyuman kecil
sesingkat angan tergadai raga
tercipta upaya juang

Bulir peluh saksi atas janji
untuk tercinta dan buah cipta

Merajah kepingan harap
merajut angan terbayang
demi senyum si mungil
digadaikan raga.

November 2019

WANITA BERCAPING

Seutas terjerat pada kaki
jalan ditempuh penuh duri
itu selalu dilewati, tak perduli
setapak demi setapak ditelusuri

Menatap harap untuk yang di rumah
wanita berdiri di pematang sawah
caping di kepala melawan terik
hujan tak bakal mengusik

Lelah tiada dirasa
peluh seluruh tubuh
jalan masih panjang

Ini tubuh jangan tumbang
meski badai menerjang

Tak ingin besok tiada nasi
meski nanah di kaki tak kunjung henti.

Februari 2019

AKU BELUM BISA PULANG

Deru hujan menahan langkah
sendiri menguras peluh

Sepi merajam
sunyi menghantui
terantai rindu menggebu

Aku belum bisa pulang

Sebatas harap tergenggam
tak mampu mengenang pilu kisah
dingin hari membius paksa; lelah

Aku belum bisa pulang
rindu selalu mencumbu
sedang raga tercabik durjana
lantas apa yang mampu dihaturkan

Aku ingin pulang
meski hanya sebatas mimpi
kuhaturkan bongkahan berlian.

2020

PERJAMUAN KEDUA BULAN SYAKBAN

Gubuk bambu sulaman dua tahun lalu
menyembuyikan keluarga kecil
mendekap di dingin malam
dari terik serta badai

Suara kroncong dari perut buncit
diolesi balsam tiap malam
menjaganya dari lapar berkepanjangan

Nasi aking dari tong
remah roti dari kolong
cukup untuk pengganti
mungkin mati lebih berarti

Dari balik gubuk bambu
bayi meringis meminta asi
susu ibunya kering tanpa isi

Di dalam gubuk bambu
secangkir air dan balsam
pengganti nutrisi.

2020

Sumargono SN, kelahiran Madiun tahun 1991. Tertarik pada dunia puisi sejak sekolah dasar. Antologi puisi pertamanya “Lentera Usang” (2018), yang kedua bertitel “Wanita Tua” Penerbit Mekar Publishing 2019.

2 Replies to “Puisi-Puisi Sumargono SN”

Leave a Reply

Bahasa »