BERMAIN OMBAK PERAHU
seperti biasa aku menunggu kata-katamu
dalam handphoneku
di bawah rembulan depan rumahku
seperti biasa, kata-katamu selalu ungu
untuk mengajakku bercanda dalam secangkir kopi
bersama lelah semakin menepi
begitu kental dan hangat kopiku malam ini
harumnya mencumbu waktu
aku tuang kopiku dalam waktu
tiap tetesnya menjadi laut
dan menenggelamkan segala canda
termasuk jiwamu
sementara aku seperti nuh
bermain ombak perahu
menghapus pahit-manis kopiku sendiri
sebelum dingin dan terkikis sepi
Balun, 2018
LELAKI SENJA
lelaki senja bercerita kepadaku
tentang giginya yang hilang dicuri malam
rambutnya yang putih menjadi saksi
betapa lampaunya waktu telah sembunyikan wajahnya
tubuhnya yang kurus adalah prasasti
sejarah yang mengukuhkan rindunya
lelaki senja mencari giginya
di bibir rembulan
jejaknya yang resah
membawa pada garis cahaya
nyaris lelah dan alpa
lelaki senja mulai menata jantungnya
dan merapikan keriput sarungnya
namun tak pernah bisa merapikan batuknya
ia mulai menumpahkan napasnya yang sengal
setelah mengulur jejak yang semakin entah
lelaki senja mendadak terbelalak
seorang gadis purnama singgah di matanya
ia bermain ayunan bersama kucing-kucing kesayangannya
“kemarilah. jadilah kucing dan tidurlah di pangkuanku”
“maaf, aku bukan kucing”
lelaki senja itu mulai melupakan gigi dan batuknya
dalam kepul rokok yang baru diisapnya.
Balun, 2018
PEREMPUAN HUJAN
perempuan hujan duduk di mataku
ia membuatku kuyup dan menggigil
saat melempar hatinya ke hatiku
ada yang dicarinya;
anjing yang telah menanam hujan di rahimnya
perempuan hujan pergi meninggalkan kenangan
dalam becek tanah yang belum tersapa
ada yang dibencinya;
malam yang selalu menyembunyikan anjingnya
perempuan hujan selalu mengejar
bayang-bayang di antara sunyi dan mimpi
perempuan hujan membuat hujan
dengan sudut matanya sendiri
menghapus jejak darahnya yang sepi
Balun, 2018
JANGAN BIARKAN HUJAN LURUH DI MATA SENJA
membaca robek buku harianmu
membuatku mengerti betapa nikmat ceritamu
hingga rayap pun melumatnya
dari lembar yang tersisa
pada halaman entah
aku selalu melihatmu memburu hujan
saat matahari tumbuh di kepalamu
rintiknya yang mungil kau tangkap
dan kau benamkan di telagamu
“biar esok tak ada hujan di senjaku” katamu
pada lembar yang masih utuh
di sudut mata kemaraumu
aku menemukanmu menghapus mendung
biar tak ada gerimis membasah tanahmu
“dan kau mulai mengajariku menjadi pawang
hujan nan tangguh”
Balun, 2018
CENDELA YANG SAKIT
cendela yang kau berikan kepadaku
kini telah rusak. kacanya pecah dan
engselnya patah. kini aku jadi akrab
dicumbu matahari dan dipeluk hujan.
matahari mencumbuku dengan begitu hangat
hujan memelukku dengan selimut dingin
rupanya mereka ingin berbagi kenangan
bersamaku. dan aku terlelap
selamat pagi cendela. aku menjengukmu
aku sengaja membawa bunga matahari
dan buah hujan kesukaanmu yang kemarin
aku petik dari kebunku sendiri. aku akan tidur
di sampingmu seperti kau yang selalu menemaniku
terima kasih cendela. kau telah menunjukkan aku laut
kini aku jadi tahu nelayan sepi itu. ia tengah bercumbu
di atas perahunya yang retak. basah celananya
meyakinkanku tentang cinta dan rindu melebihi batas
matanya sendiri. tubuhnya yang lemas menjadi tanda
kalau ia tengah sampai pada batas orgasmenya
selamat tidur cendela. mari kita lelapkan mata
sekadar istirah. aku tidak ingin kita berdua
menjadi orang ketiga yang membuyarkan cinta
nelayan senja. semoga lekas sembuh, cendela
Balun, 2018
Imamuddin SA, nama aslinya Imam Syaiful Aziz, lahir di Lamongan 13 Maret 1986. Aktif di Kostela, PUstaka puJAngga, FSL, FP2L, dan Literacy Institut Lamongan. Karya-karyanya terpublikasi di: Majalah Gelanggang Unisda, Majalah Intervisi, Tabloid Telunjuk, Jurnal Kebudayaan The Sandour, Majalah Indupati, Warta Bromo, dan Radar Bojonegoro. Puisi-puisinya terantologi di: Lanskap Telunjuk, Absurditas Rindu, Memori Biru, Khianat Waktu, Kristal Bercahaya dari Surga, Gemuruh Ruh, Laki-Laki Tak Bernama, Kamasastra, Tabir Hujan, Sehelai Waktu, Kabar Debu, Tabir Hijau Bumi, Bineal Sastra Jawa Timur 2016, Pengembaraan Burung, Ini Hari Sebuah Masjid Tumbuh di Kepala, dan Serenada. Prosa-prosanya terpublikasi di: Mushaf Pengantin, antologi cerpen Bukit Kalam, Hikayat Pagi dan Sebuah Mimpi, Bocah Luar Pagar, Hikayat Daun Jatuh, dan Tadarus Sang Begawan. Pernah dinobatkan sebagai Juara 3 Mengulas Karya Sastra Tingkat Nasional tahun 2010, Harapan 2 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Jawa Timur 2018, dan Juara 2 Lomba Menulis Puisi Se-Kabupaten Lamongan 2019. Nomor telepon 085731999259. Instagram: Imamuddinsa. FB: Imamuddin.