Saya mengenal Didin Tulus pertama kali pada akhir 2015. Saat itu saya tahu Didin via facebook. Ia mengiklankan jasa penerbitan yang baru dikelolanya, TULUS PUSTAKA. Kebetulan saat itu saya mau menerbitkan kumpulan cerpen saya. Dengan tulus ia menawarkan bantuan untuk menerbitkan cerpen-cerpen saya. Bahkan, ia bersedia menalangi dulu sebagian biaya cetaknya.
Pertemanan kami berlanjut secara alami. Bukulah yang melanggengkan pertemanan kami. Saya kerap mengikuti kegiatan yang didalamnya melibatkan Didin. Tentu seputar buku. Di beberapa pameran buku kami sering bertemu. Didin dikenal sebagai penjaga stand buku di setiap pameran. Kecintaannya yang tulus pada dunia buku membuat ia dipercaya beberapa penerbit untuk menjaga stand buku.
Saya mengenalnya sebagai sosok kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab. Ia lakukan juga pekerjaan di luar dunia buku demi menghidupi keluarganya. Ia berjualan perabotan rumah tangga, bumbu masak, hingga gula aren. Ia lakukan semuanya demi keluarga.
Kini Didin sedang dirundung duka. Ia dilaporkan ke polisi karena diduga melanggar UU ITE akibat status yang ditulisnya di facebook. Didin memang terlalu jujur dalam mengungkapkan apa pun. Boleh dikata sangat polos. Didin tak pernah menduga jika tulisan di status facebooknya bakal berujung pelaporan pada polisi. Saya yakin, ia tak punya maksud untuk merugikan pihak lain. Ia hanya ingin mengungkapkan yang sebenarnya.
Saya tahu, kini Didin tengah butuh dukungan moral dari orang-orang yang mengenalnya. Doa dan dukungan saya tentu buat Didin yang tengah dibelit masalah. Semoga ada jalan keluar yang baik. Didin yang tulus akan selalu mendapat dukungan yang tulus dari siapa pun. Kuatlah selalu kau, Kawan!
***