P a o

Last Song For Refugee
Amien Kamil *

Ia seringkali melintas dengan mantel coklat pudar, sambil menghisap cerutu lokal diantara lalu lalang orang disekitar x dan y. Di perempatan z ia selalu berhenti sebentar, ikat tali sepatu sambil bersiul; iramanya bagai erang elang malam bicara pada bintang yang tertutup awan hitam.

Tiada yang tahu dari mana ia berasal, mungkin karena kulitnya kuning langsat, lantas ada yang menyebutnya dari Mongolia. Tapi ada juga yang bilang ia dari Cina. Dibalik kacamata bundar, terlihat mata sipit dan tatapan matanya yang teduh.

Ia seringkali melintas dengan mantel coklat pudar, saat jarum jam menjelang senja beranjak mengunyah malam. Ia kadang mampir di kedai anggur murahan. Senyum mengembang, duduk sebentar menghirup satu dua sloki sekedar penghangat badan. Kami saling bertegur sapa, sambil dijabat tanganku ia sebut namanya ‘Pao’.

Trem melintas, orang-orang bergegas. Kami saling terpaku tak beranjak dari bangku. Lampu–lampu jalan menyala. Pedagang asongan, kaki lima tumpah di trotoar jalan raya. Pedagang cinta saling tukar cerita dan bergerombol di telepon umum atau pangkalan taxi argo kuda.

Ia seringkali melintas dengan mantel coklat pudar, raut wajahnya memancarkan aura bayi. Pernah suatu ketika, kucoba mengorek riwayat dirinya. Ia tundukkan kepala cukup lama, ditariknya nafas satu-satu, mendesah dan dengan suara terbata ia bicara

“Dengan perahu kecil yang mesinnya seringkali kehabisan amunisi, kami arungi samudera mencari suaka. Beberapa hari perut keroncongan, perahu oleng ditengah badai hujan, terombang-ambing tak tentu tujuan lantas pecah beberapa bagian. Sempat bersama imigran lainnya aku terkatung di tengah samudera, dihempas ombak hingga terdampar di sebuah pantai selatan, diselamatkan para nelayan.”

Angin menggoyangkan dedaunan.

“Entah, bencana atau keberuntungan. Berbilang bulan kami tinggal di kampung nelayan. Aku, satu dari beribu kepala yang tinggalkan tanah kelahiran tuk raih impian menuju tanah yang dijanjikan tinggalkan ladang pembantaian”. Ujar Pao.

Kucoba tatap matanya dan memasuki relung hatinya. Rindu kampung halaman terbayang, sebongkah harapan ingin diraih dan sebagian masa lalunya dibiarkan jadi debu dan lenyap ditelan waktu.

2012.

*) Amien Kamil, lahir di Jakarta 1963. Tahun 1983, sempat belajar di Sinematografi Institut Kesenian Jakarta. Tahun 1986-1996, bergabung dengan Bengkel Teater Rendra, terlibat dalam beberapa pementasan di kota-kota besar di Indonesia. Tahun 1988, ikut serta dalam “The First New York International Festival Of The Arts”, sempat juga mengikuti workshop di “Bread & Puppets Theatre” di Vermont, USA. Tahun 1990, pentas di Tokyo & Hiroshima, Japan. Tahun 1999, Tour Musik Iwan Fals di Seoul, Korea. Lighting Design untuk konser musik Iwan Fals hingga tahun 2002, pentas di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Tahun 2003-2005, kolaborasi dengan penyair Jerman Brigitte Oleschinski. Pentas multimedia di Berlin, Koln, Bremen dan Hamburg. Selain itu juga memberikan workshop teater di Universitas Hamburg, Leipzig dan Passau. Mengikuti International Literature Festival “Letras Del Mundo” di Tamaulipas-Tampico, Mexico.

Tahun 2006, Sutradara “Out Of The Sea”, Slavomir Mrozek, Republic of Performing Arts, Teater Utan kayu, Jakarta. Tahun 2007, Antologi puisi “Tamsil Tubuh Terbelah” terbit dan masuk dalam 10 besar buku puisi terbaik Khatulistiwa Literary Award 2007. Tahun 2008, Poetry Performing “Tamsil Tubuh terbelah”, kolaborasi dengan Iwan Fals, Oppie Andaresta, Irawan Karseno, Toto Tewel, Njagong Percusion, Republic of Performing Arts, di Teater Studio, Taman Ismail Marzuki. Tahun 2009, Pameran lukisan & Instalasi “World Without Word” di Newseum Café. Tahun 2010, Sutradara Performing Arts “Elemental”, kolaborasi dengan pelukis mancanegara, Jakarta International School. Tahun 2011, Sutradara “Sie Djin Koei”, Republic of Performing Arts, Mall Ciputra, Jakarta. Di bulan April, Sutradara & Perancang Topeng “Macbeth”, William Shakespeare, Produksi Road Teater, Gedung Kesenian Jakarta. Mei-Juni, Kunjungan Budaya ke Denmark, Germany dan Norway. Juli, Mengikuti “ International Culture Dance Festival 2011” Sidi Bel Abbes, Algier, North Africa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *