SETIAP WAKTU
adalah kesempatan bertemu.
adalah nasib perpisahan.
adalah dirimu lebih dahulu
melaju kereta.
Suaramu diam senyap.
Riuhmu diotak para pengelana.
Penat mencari langkah.
Sesudahnya angin masih gerah.
Wajahmu hilang tertelan licik
sengitmu sendiri.
Gugur di tanah tanpa berharap abadi.
Terurai menghuni akar pohon.
Bersemayam sembilan musim.
2019
PANGGUNG
merangkai cerita gambar bergerak
muncul sang penyair jugaperempuan
Bernama siti
segumpal bayi menyeruak langit
lewat lengking terompet isrofil
cut.. disposisi… !
gambar buyar pada adegan pertama
penyair merenung perempuan siti menangis
tak segera muncul gambar kakek tua
dengan bahasa arif layaknya pentas kehidupan
pada siapa aku harus mengeluh.. siti bertanya
pada bayi mati di hari keempat kelahiran.. ?
cut…! tak ada jawaban
adegan berhenti pada gambar samar
penonton pulang dalam bayangan cerita
terompet isrofil memang belum ditiup
aku terdiam dipanggung satu
terus menciptakan gambargambar
2014
PELAJARAN AKTOR
menjadi besar sepadan ruang
menguak jiwa lebarlebar
menimbun rumusan menjadi perilaku
lentur tenaga biar menjadi halus
menekan endapan sampai sublim
menyerap alam dekat pada apa saja
ada penderitaan harus dihindarkan
merasa paling tahu, mengerti itu racun
memahami,
orang lain adalah diri kita
yang belum kita ketahui
2014
SAHABAT MANUSIA
Adalah ceritaku tentang nurani
Didalam kebesaran jasad
Sembilu membersihkan segala
Meluruhkan semua karat
Aku pongah melupakanmu
Sahabat tumbuh dari entah
Pasti ada tahta disitu dan penghuninya
Tubuh yang bingung ditentramkan
Pikiran kusut diurai lembarannya
Hati kosong dipenuhinya dengan zat
Bingung itu hantu
Kekusutanlah penghalang
Kosong adalah isi mamabukkan
Katanya…
2019
ARSITEKTUR PAGI
Kuletakkan malam, buncah embun
Tersedia dalam ruang semesta
Pagi kupastikan datang bersedia
Dengan dadanya
Dedaun tumbuh ditimpa cahaya
Angin kecil memggerakkan semua
Gemerisik bunyian kusulamkan
Bersama aroma bulan kusisakan
Kubangun pagi dengan ketahjuban
Dari sekian mimpi terangkum membelukar
Kesegaran membawa cinta tersusun berabad
Bagi manusia, hewan pun tumbuhan
Tetap dengan segala kesungguhan juga
Kebenaran
2019
DI ATAS MEJA
Aku yang keparat ini
Tak pantas berucap doa
Diatas kuburmu
Puisipun tak lazim sebab
Cuma separo matahari
Lantas apa yang musti
Kupanjatkan ketika
Kulihat anakanak dengan
Otakhati sekarat menggigil
Tercekam pada malam
Siang hari merekapun
Tak berdaya digerus jaman
Dajjal berjubah malaikat
Merumuskan peradaban baru
Batu air tanah tak lebih
Sakadar hamparan diatas
Meja laboratorium bercampur
Zat aktif pencuci otak
2020
Dody Yan Masfa, lahir di Surabaya 15 Juni 1965, menulis puisi adalah kegemarannya sejak remaja, sebagai ngudo roso, katarsis, dan meneliti diri sendiri sejauh mana ia memiliki kepekaan rasa keindahan tentang bahasa tulisan. Prestasi karya bukan menjadi prioritas bagi dirinya. Menekuni teater sejak usia muda, sampai sekarang aktifitas itu menyeretnya untuk terus menulis. Dody adalah aktor dan sutradara teater Tobong. No Kontak: 085732439089 email : dodyyanmasfa@gmail.com