NASKAH MONOPLAY: TRATAP

Karya: Agus R. Subagyo

SINOPSIS

Seorang perempuan muda bernama Pertiwi yang cerdas dan berpendidikan tinggi mengalami gangguan jiwa, setelah gagal mencalonkan diri jadi wakil rakyat. Keinginannya gagal untuk ikut membenahi negara yang sedang carut marut penuh intrik dan caci-maki.

ADEGAN

Malam hari di ruang besar (aula) rumah sakit jiwa.
Musik mengalun.
Pertiwi masuk berbicara sendiri.

“Perbedaan sekarang telah berubah menjadi malapetaka. Karena berbeda, saling mencaci-maki. Karena berbeda, saling membenci. Karena berbeda, saling menebar fitnah. Karena berbeda, saling menjatuhkan. Kanena berbeda, saling serang. Ya… semunya sudah lupa! Sudah lupa pernah menjadi anak kecil!” (dengan mendelik marah)

(tertawa terpingkal-pingkal) “Mana ada manusia hidup tak pernah jadi anak kecil?” (tertawa lagi) “Memangnya mak bedunduk langsung gede?” (tertawa lagi)” Mau lahir dari mana kalau langsung gede? (tertawa lagi) Memangnya mak benduduk langsung dewasa? Lahir langsung tua? Aneh! (tertawa lagi) Mak bedunduk!… mak bedunduk! (tertawa lagi) Mak bedunduk! Mak bedunduk! Mak bedunduk! (tertawa lagi) Mak bedunduk! Ujug-ujug (tertawa lagi) Heh… Ujug-ujug… Ujug-ujug… Ujug-ujug… Ujug-ujug… (tertawa lagi) Ujug-ujug Ujug-ujug Ujug-ujug Ujug-ujug Ujug-ujug seperti suara kereta Ujug-ujug (tertawa lagi dan berjalan main kereta-keretaan keliling)

(Pertiwi berhenti) Ahhh… tidak asyik ah! (berdialog dengan penonton) Bagaimana kalau aku bersuara ujug-ujug kalian bersuara gojes-gojes. Biar asyik mainnya. Bagaimana? Mau gak? (OK crew musik menyaut) Sebentar-sebentar (Pertiwi lari keluar panggung mengambil barang-barang bekas dan masuk lagi dengan menyeretnya)

Ujug-ujug (gojes-gojes) Hwahahahahaha Ujug-ujug (gojes-gojes) Hwahahahahaha Ujug-ujug (gojes-gojes) Hwahahahahaha Ujug-ujug (gojes-gojes) Hwahahahahaha Ujug-ujug (gojes-gojes) Ujug-ujug (gojes-gojes) Ujug-ujug (gojes-gojes)

(Pertiwi berkeliling mengitari, semakin lama jalannya kian cepat. Setelah sekian lama keceriaan Pertiwi berubah menjadi kemarahan)

(Gojes-gojes Gojes-gojes) Hei! Hei! Hei! (dengan marah dan mendelik) Orang lupa dengan sejarah dirinya itu bukan aneh apalagi lucu! (membuang barang yang dibawanya) Tapi menyedihkan, mengenaskan. (tertunduk dan bersimpuh)

“Orang lupa dengan sejarah dirinya. Menyedihkan. Orang lupa dengan sejarah bangsanya. Mengenaskan. Ya! Banyak orang lupa dengan sejarah negaranya. Mengenaskan-menyedihkan! Nyatanya, nyatanya banyak orang lupa dengan negaranya. Banyak yang lupa dirinya. Banyak orang lupa pernah menjadi anak kecil. Perbedaan telah menjadi malapetaka! “(menangis)

“Anak kecil ketika ditanya apa yang indah? Tentu jawabnya pelangi. Ya pelangi. Aku dulu juga selalu menjawabnya PE-LA-NGI”

“Perbedaan ketika mau bersanding, bahu-membahu akan menjadi keindahan. Tapi… sekarang perbedaan telah menjadi alasan untuk saling menyerang dan menjatuhkan. Semakin tua semakin menyedihkan. Semakin tinggi pendidikan, semakin mengenaskan. Lupa sejarah dirinya. Lupa sejarah bangsanya. Lupa sejarah negaranya. Lupa dengan bangsanya. Lupa dengan negaranya. Lalu di mana Indonesia? (dengan marah) Di mana Indonesia?”

(bangkit berdiri dengan semangat kemudian menggambar pula-pulau di dinding)
Ini Sumatra, di sini Kalimantan, di sini Sulawesi…

(glodag!! Suara mengagetkan, dia berjingkat kaget, geleng-geleng dan mengelus dada. Kemudian melanjutkan menggambar)
“Ini Maluku, Seram… Ini Papua…”

(Krompyang!! Suara mengagetkan terdengar lagi)
Hey!!! Kenapa kalian selalu mengganggu ketika aku bicara Indonesia?

(Krompyang!! Suara mengagetkan terdengar lagi. Pertiwi kaget dan mulai marah)
“Aduuuuuuhhhh… Hih! Bikin kaget aja! Kenapa? Jangan-jangan kalian sudah tidak tahu mana-mana yang masuk wilayah Indonesia ya? (tertawa mengejek)

(Glodag!! Suara terdengar lagi. Pertiwi masih saja kaget)
Hoe! Awas kau! Ngagetin saja! (marah dan berlari menuju sumber suara. Beberapa saat masuk lagi)
Ada suara tapi tak ada manusianya… Hiiii… siapa sebenarnya mereka? Ah! Ini kebiasaan. Ini kebiasaan lempar batu sembunyi tangan.
(lampu mati)
Aduh!!!! Lampu ini juga ikut-ikutan bikin kaget! Jangan-jangan listrik juga sudah bukan milik Indonesia?

(lampu menyala)
Nah… Tadi sampai mana ya? (mengingat-ingat)
Ini Papua, di sini Timor, Flores, Sumba, Sumbawa, Lombok, Bali. Hm… di sini ada Komodo (menunjuk antara Sumba-Sumbawa) Ya di sini ada komodo (memonyongkan bibirnya ke penonton berulang-ulang) Ada komodo. Ada komodo. Komodo-komodo-komodo (tertawa) Ada komodo komodo.

(Glodag!! Suara terdengar lagi. Pertiwi masih saja kaget)
Hoey! Kalian mau jantungku copot! Kalian mau aku mati!
(Krompyang!! Suara terdengar lagi)
(berkacak pinggang) Awas kalian! Kerjaan kok gangguin saja!
Hm… sudah lengkap. Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua… tapi kebun kelapa sawit milik Malaysia, Tambang minyak milik Amerika. Eh mana lagi ya…? Tambang emas juga bukan milik Indonesia.

(memandang penonton)
Kenapa bengong? Kaget? Aku bisa bicara seperti ini. Perlu kalian tahu… Aku di sini karena gila, bukan goblok! Hihihihihi… daripada kalian kerjaannya mengganggu orang hihihi… buat apa waras tapi goblok? Mending gila saja, masuk RSJ ini temani aku… hihihi…

(Krompyang!! Suara terdengar lagi)
He..he..he.. aku tidak kaget. Eh sebentar… sebentar… ada yang kurang. Di mana Pulau Jawa? Indonesia tidak lengkap tanpa Pulau Jawa. Pulau Jawa harusnya di sebelah kiri Pulau Bali. Iya seharusnya.

(bingung dan berjalan kesana kemari)
Iya harusnya ada Pulau Jawa… Pulau Jawa harusnya ada di sini… (menunjuk Pulau Bali). Ah iya… aku tahu… Kenapa Pulau Jawa tidak ada. Ya karena Pulau Jawa sudah tidak di sini. Pulau Jawa sebagian banyak sudah di Arab, sebagian lagi di Eropa, di Amerika, di Australia. Sebagian lagi di China, Malaysia, Singapura…

Ah…! kalau sudah begini… masih bisakah ini di sebut Indonesia?
Ha! Masih Bisakah ini disebut Indonesia? (suara lantang)
Masih Bisakah ini disebut Indonesia?


BLACK OUT
TAMAT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *