Puisi-Puisi Firman Wally

KEPULANGAN PENGEMBARA I

Pagi itu sang pengembara lautan berdiri di atas haluan perahu
Deru angin memukul dadanya
Ia berdiri bersabda pada gelombang
Berharap gelombang dapat mengantarnya ke tujuan.

Pagi itu matahari lahir malu-malu
Awan kelabu tak mau peduli tentang waktu
Gunung-gunung disetubuhi awan
Lahirlah keraguan di kepalanya
Ia masih berharap pada nasib baik
yang akan menjadi peta
atas sebuah kepulangan.

Di dalam kepalanya
Tumbuh seribu mimpi satu tujuan
Bawah dalam kepulangannya
Ia disambut dengan hangatnya pelukan
Dari orang-orang yang berpesta di bibir pantai
Menyambut kepulangannya
-mengatasnamakan sebuah rindu yang masih terlampau jauh.

Hingga kini ia masih seorang pengembara
Yang kehilangan arah.

Seith, 01 Desember 2020

KEPULANGAN PENGEMBARA II

Gelombang menjadi jalan
atas sebuah kepulangan yang menakutkan
Dan ia pengembara hanya bisa bersabda
Kepada gelombang agar menemui jalan pulang.

Tiada daratan di lautan yang ia sebrangi
Hanya ada sepotong kayu kecil
Yang mana mungkin bisa dijadikan pulau
Untuk tubuh yang menemui kehilangan.

Ia telah lama mencari
Namun yang bisa menampungnya
hanyalah pulau mimpi
yang ditata rapi oleh imajinya sendiri.

Seith, 01 Desember 2020

KEPULANGAN PENGEMBARA III

Jika ia harus memilih
Di pulau mana lagi ia akan kunjungi
Dan di muara mana lagi perahu
yang sudah mengembara jauh akan berlabu
Sedangkan isi kepalanya sudah ditelanjangi sang waktu.

Arah tujuannya sudah memasuki hari yang hitam
Dan usianya kini memasuki senja yang hilang rona jingga.

Saban hari di dalam kepalanya
Hanya ada sebuah kepulangan
Yang menemui kehilangan.

Hitu, 01 Desember 2020

KEPULANGAN PENGEMBARA IV

Musim timur telah tiba
Di kepalanya rindu semakin samudra
Ketakutan-ketakutan membawanya
menuju kehilangan jauh dari kepulangan.

Di dalam kesendirian
Ia belajar dari matahari
Meskipun sendiri harus tetap berbagi cahaya pada bumi
Ia juga belajar dari laut sebagai seorang pelaut
Bahwa dalam diri yang tenang dan gelombang harus bersetia
Mengalirkan kehidupan untuk orang-orang yang mencinta.

Tahoku, 01 April 2020


Firman Wally, kelahiran Tahoku, Negeri Hila di Jazirah Leihitu (Pulau Ambon), Maluku Tengah, 03 April 1995. Lulusan Universitas Pattimura Ambon jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia. Puisi-puisinya termuat di berbagai antologi bersama: Kutulis Namamu di Batu, Puisi Negeri Sawit, Gus Punk, Sajak-Sajak Pahlawan, Bulan-Bulan Dalam Sajak, Kita Adalah Indonesia Seri 2, Dongeng Nusantara Dalam Puisi, Menenun Rinai Hujan Bersama Eyang Sapardi, Tanah Bari, Pasaman, Pendemi Puisi diadakan Dapur Sastra Jakarta, Corona mencatat peristiwa negeri bersama Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia VIII, Dari Negeri Poci 10 “Rantau”, Mendaki Langit Pasak Bumi, dll. Pemenang kedua lomba menulis puisi diselenggarakan PAPARISA SASTRA NUSA INA, puisi-puisinya pernah dimuat redaksi APAJAKE, Salmapublishing, Poros Timur dll. Mengajar di SMA Negeri 27 Maluku dan di MA Nurul Tsaqalain Hila. ig: firmanwally02 Wa: 081240039343

Leave a Reply

Bahasa »