Kompas, 16 Sep 2017
Kampung Oloran 1
sebuah perahu terdampar di dasar halaman rumahku
dan aku berjalan di atasnya memandangi bunga-bunga
dan kolam tanpa karang dan gelombang
kau tepuk pundakku, kutoleh dan kau peluk aku
dan kudengar kersik kelaras di antara kulit kita
dan bisikmu angin menegangkan layar dan tali-talinya ke udara
kau telah siap?
sebelum jawab semua telah berderap
(2017)
Kampung Oloran 2
menata ulang taman
kurapikan beberapa tanaman
tak kupilih gunting untuk ranting kering
tak kupilih sabit untuk akar yang berbelit
hanya kuangkat yang jatuh
hanya kukumpulkan yang berserakan
kepermaian (pikirku)
adalah kerusakan
yang tak bisa dipungkaskan
meski pagi jadi malam
(2017)
Kampung Oloran 3
samar terdengar senandung
ini orang menyanyi atau mengaji?
mungkin mesin mendengung
bisik angin
hanya pantulan dan tangkapan
hanya bayang-bayang
mainan gelap dan terang
(2017)
Kampung Oloran 4
bapak dan emakku adalah debu
di kemarau dingin bediding ini mereka
memelukku erat sepekat warna gelap
cahaya hanya membuat silau mata
pada pantulan dan bayang-bayang
rumahku
kata gelandangan itu
adalah tubuhku
(2017)
F. Aziz Manna lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, 8 Desember 1978. Buku puisinya, Playon (2015), mendapatkan Kusala Sastra Khatulistiwa Ke-16.