Sajak-Sajak Adrian Balu

SALAM

Sebelum kau pulang memungut sisa hujan
Ada yang ingin aku sampaikan
“Selamat Bermalam Minggu”

Sesudah itu kau menghilang
Di balik punggungmu mendung
Menjatuhkan rintik-rintiknya

Kau dan hujan
Adalah dua hal yang datang dan pergi
Tanpa memberi salam.

Gabriel, 2020

PENYAIR REBAHAN

Bangunlah….
Terbangkan syair-syairmu di tengah hutan dan kepala Tuan
Mereka pandai menafsirkan sunyi, bunyi, dan puisimu.

Nita, 2020

ESOK TAK ADA MATAHARI

Sehabis kau meletakkan kepalamu di meja
Ada sesuatu yang berisi: rindu
Kau memandangi langit yang gelap
Dan bumi yang berat.

Mataku adalah sebilah pisau
Melukai bintangmu
Bibirku adalah pedang bermata dua
Menembus silau mataharimu
Dan tubuhku adalah perisai
Menerobos bulan jantungmu

Sehabis merapal mantra
Langit tak berkedip
Jingga tenggelam
Dan purnama hilang

Malam ini tak ada bulan
Dan bintang

Barangkali esok tak ada matahari
Yang menyinari kepalamu dengan terik
Matamu dengan lirik
Dan bibirmu dengan sirik.

Nita, 2020

THAUMAZEIN

Kerinduan itu adalah sunyi
Yang mengundang tanya
Di kepalamu yang penuh gigil
Dan di raut wajah penuh tabah

Aku biarkan kau
Sendiri yang mengejanya
Rindu itu sederhana bukan?

Tetapi…
Terkadang yang sederhana
Sulit untuk diterjemahkan…

Sesudah itu
Yang terjadi adalah
“Keheranan”

Kau pulang
Dengan dada
Penuh tanda tanya.

Nita, 2020.

* Thaumazein, artinya merasa heran.


Adrian Balu, seorang peminat sastra, kelahiran Kota Kupang, NTT. Pernah mengikuti Tetralogi menulis bareng bersama Penerbit Palaray Media dalam Antologi Puisi Berjudul Teragak (2020). Selain itu, puisi-puisinya sudah dimuat di beberapa media dan dibukukan dalam beberapa buku Antologi, bersama Pramedia (Menguak Kenangan, 2020), dll.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *