SALAM
Sebelum kau pulang memungut sisa hujan
Ada yang ingin aku sampaikan
“Selamat Bermalam Minggu”
Sesudah itu kau menghilang
Di balik punggungmu mendung
Menjatuhkan rintik-rintiknya
Kau dan hujan
Adalah dua hal yang datang dan pergi
Tanpa memberi salam.
Gabriel, 2020
PENYAIR REBAHAN
Bangunlah….
Terbangkan syair-syairmu di tengah hutan dan kepala Tuan
Mereka pandai menafsirkan sunyi, bunyi, dan puisimu.
Nita, 2020
ESOK TAK ADA MATAHARI
Sehabis kau meletakkan kepalamu di meja
Ada sesuatu yang berisi: rindu
Kau memandangi langit yang gelap
Dan bumi yang berat.
Mataku adalah sebilah pisau
Melukai bintangmu
Bibirku adalah pedang bermata dua
Menembus silau mataharimu
Dan tubuhku adalah perisai
Menerobos bulan jantungmu
Sehabis merapal mantra
Langit tak berkedip
Jingga tenggelam
Dan purnama hilang
Malam ini tak ada bulan
Dan bintang
Barangkali esok tak ada matahari
Yang menyinari kepalamu dengan terik
Matamu dengan lirik
Dan bibirmu dengan sirik.
Nita, 2020
THAUMAZEIN
Kerinduan itu adalah sunyi
Yang mengundang tanya
Di kepalamu yang penuh gigil
Dan di raut wajah penuh tabah
Aku biarkan kau
Sendiri yang mengejanya
Rindu itu sederhana bukan?
Tetapi…
Terkadang yang sederhana
Sulit untuk diterjemahkan…
Sesudah itu
Yang terjadi adalah
“Keheranan”
Kau pulang
Dengan dada
Penuh tanda tanya.
Nita, 2020.
* Thaumazein, artinya merasa heran.
Adrian Balu, seorang peminat sastra, kelahiran Kota Kupang, NTT. Pernah mengikuti Tetralogi menulis bareng bersama Penerbit Palaray Media dalam Antologi Puisi Berjudul Teragak (2020). Selain itu, puisi-puisinya sudah dimuat di beberapa media dan dibukukan dalam beberapa buku Antologi, bersama Pramedia (Menguak Kenangan, 2020), dll.