Suara Merdeka, 9 Agu 2015
Iskariot
kunyalakan lilin
bagi setiap luka
yang menua
kusadap darah suci
yang menetes
dari setiap lukaku
beri aku khianat
yang paling hitam
agar lunas
seluruh sakit
planet lain
galaksi lain
hadir dalam mataku
yang terpejam
dan kehidupan
segera menjelma
jadi kisah para hantu
yang memerangkapku
dalam mimpi
sementara aku
masih ingin terjaga
2015
Tanah yang Dijanjikan
antara aku dan hatiku
hadir ruang kosong tak bertepi
di mana nasib terapung
dalam ketidakpastian
seribu nujum akan mengantarkanku
pada perbatasan cahaya
saat itu akan kutemukan
diriku yang lain
hadir sebagai sungai gaib
yang mengalirkan
masa depan yang menyala
2015
Aku Hanya Ingin
Berjalan Seorang Diri
lorong hening dalam kepalaku
tak pernah mampu memahami
cuaca buruk dalam pikiranmu
bulan dingin dalam angin,
keinginan kuat untuk membunuh
diri sendiri, akal yang lumpuh
siapa berlari ke arah peristirahatan terakhir
setelah lelah mengusung rumah masa silam
dari satu kota ke lain kota
tinggalkanlah aku
tinggalkanlah
malam yang lamban
dan hari yang tak menyahut
dan nama-nama suci yang menyusut
aku lelah mencintaimu hingga larut
kapan engkau berhenti
menjadi makhluk asing
berhenti menangisi
diri sendiri
***
Rozi Kembara, menulis puisi dan prosa. Lahir di Tasikmalaya 27 Juni 1990, semasa kecil nyantri di bumi Reyog Ponorogo, kuliah di Yogyakarta, dan sekarang tinggal di Malang. Sajak-sajaknya dipublikasikan pada Majalah Horison, Suara Merdeka, Radar Banten dan termaktub dalam antologi puisi Wajah Deportan. Pernah bergiat dalam Komunitas Kubah Budaya.