Puisi-Puisi Rakai Lukman

Nagari Manja Terbakar Api

Dimanja-dimanja hutang, dibelai-belai subsidi. Ditimang-timang investasi. Nagari entah berarti?

Proposal berbaris rapi. Ketagihan amplop jatah janji. Rebut-ribut hibah. Nagari ciut nyali?
Dari kepala ke ujung kaki darah didih. Tumpah ruah, jikalah pulang subsidi dan investasi. Nagari enggan berdikari!

Dari ibukota ke halaman sekolah memanen abu. Jikalah terbakar proposal dan amplop.
Nagari ogah mandiri!

2021

Butir Pasir di Rongga Karang

Sebutir pasir menunggu jemputan gelombang, berenangan di antara jutaan busa dan buih samudra, melarung ke pucuk cakrawala, sedang di laut tenggara ada yang tenggelam, sebutir pasir belajar kendali, berselancar dan menari di lekuk ombak, keasyikan, sampai lupa arah menuju batas ruang-waktu

Ia pun terselip di rongga karang. Dikumbang angin juga buih kekalutan. Laut coklat mendendang tembang. Arah pulang ditilap delapan penjuru. Menunggu perahu kemudi menuju haribaan.

Sebutir pasir nian linglung. Meniti jejak camar nan samar. Di laut gung lewang-lewung. Berderu derap getar suwung. Dadanya memar dikepung tanya ditelan nyaring tawa

Juni 2021, bantar bengawan.


Rakai Lukman ialah nama pena Lukmanul Hakim, kelahiran Gresik 1983. Ikut berkecimpung di dunia kesenian semenjak SMA, berlanjut di Yogyakarta, lantas pulang ke kampung halaman. Di tanah kelahiran, masih ikut nimbrung di perhelatan alam estetika. Sempat nongkrong di Sanggar Jepit, Teater Eska, Roemah Poetika, Teater Havara, KOTASEGER (Komunitas Teater Sekolah Gresik), Gresik Teater, DKG (Dewan Kesenian Gresik), Lesbumi PCNU Gresik, dan Sanggar Pasir. Menjadi Guru SB di SMK Ihyaul Ulum, dan Guru BI di SMK al-Ihlas. Antalogi tunggal “Banjir Bantaran Bengawan.” Antalogi bersama, Kitab Puisi I Sanggar Jepit (2007), Burung Gagak dan Kupu-kupu (2012), dan Seratus Penyair Nusantara, Festival Puisi Bangkalan II, 2017. Juga terlibat riset dalam program pendampingan teater DKJT 2018, dan pengkajian sejarah lokal Desa Canga’an, Ujung Pangkah, Gresik 2019. Kini sedang mempersiapkan antalogi kedua, “Curhatan Bengawan” 2020.

Leave a Reply

Bahasa »