Puisi-Puisi Ahmad Muchlish Amrin

PELUKIS DAN SI GILA
-sebuah pengakuan

kata orang aku pelukis padahal aku hanya
si gila di simpang empat itu, tersebab
aku mencipta :
gambar kolam di atas kanvas berukuran 3×6
dengan cat air kencing campur tai. mereka ingin membeli
seharga puisi dan katakata yang nyaris mati;
gambar kolam dengan riak air mani
anakanak berenang mengintip bapaknya yang selingkuh
dengan lonte dan gambar ikanikan berkepala babi
karenanya aku diminta datang ke taman marzuqi
: membawa tai
kata orang aku gila padahal aku hanya
pelukis kawakan di rumah batang, tersebab
kemanamana aku membawa :
sebuah kanvas dan sekeranjang tinja campur air kencing
campur kadal busuk campur cinta, benci, dendam, intrik
siapa tahu di tengah jalan mereka minta lukisanku
yang terbaru
ah! kata orang aku pelukis gila, tersebab
aku mencipta di luar jendela kamar mereka

Yogyakarta/Rumah Lebah, September 2006

LEBAH
-kepada Raudal Tanjung Banua

gurungurun semakin meninggi
batubatu mirip roti bakar bekal ke seberang
telinga kita menyimak riuh lebah di pohonpohon
angin syirik berwajah pasi
menyentuh daundaun kering di reranting
kamu dan aku segera datang di dahan
puisi cinta ditulis berlembarlembar
tapi anakanak semakin bebal walau debar
katakata semanis madu disusun berurutan
dengan diksi satu jalan
bertapa di puncak bercak
sarang berlobang sembilan sajak
tangan dan kaki bergerakgerak
menyeka udara gurun
tidak panas tidak dingin
ohoi! tubuh kita tinggal sepotong
bagai lempengan tipis di ujung dendang

Yogyakarta/Rumah Lebah, September 2006

PECINTA GELAP

memburu gelap ke luar jendela dan malam dan siang
dan tuhan berdiri sendiri. hurufhuruf luruh. anganangan melanglang
aku menapak baitbait luka. tak petang. hitam. kenangan
serupa karang. berlumut. aku
pecinta gelap. malaikat. nakal. sidharta. abraham. yesus. Muhammad
berdiri di luar kamar. melepas sandal. musa. gunung sinai. silau. hilang. lunglai
aku menatap dari gelap pada muasal cahaya. leleh. lelah
matamata berkedip. kelip. mengendap ke bintang. gelap
bulan senyap. matahari ratap. bumi hampir lenyap
hidup mirip sulap

Yogyakarta/ Rumah Lebah, September 2006.

PEREMPUAN YANG BERCIUMAN DI LUAR TERMINAL

tengah malam di terminal
mataku menangkap warungwarung

asap melindap ke luar pagar
bau wisky menyeruak dari mulut trotoar

pada kulit kacang yang bertabur
kutangkap isyarat bulan

gerhana di mata perempuan
yang berciuman di luar terminal

“perempuan bermain kudakuda-an”
ingin pergi ke langit entah

seperti ada ringkik yang terlupa
seperti ada deguman langit pecah

seperti suara lakilaki menabuh gendang
dari sunyi dan riuh jalan

seperti ada nyanyian
ingin menyesuaikan, ingin diteruskan

perempuan itu terus berciuman
di luar terminal

Yogyakarta-Jombang, Desember 2006.

Leave a Reply

Bahasa ยป