Samudra Puisi Amien Wangsitalaja (4)

Samarinda

la mohang daeng mangkona
melaksanakan titah sultan kutai
sambil menata adat bugis

“orang bugis orang kutai
sama rendah sama semampai”

dan simaklah
jilatan sungai terlalu bergairah
mencumbu lamin mengawini tanah

dan jika saatnya nanti
anak turun pua ado
mendirikan masjid
orang kutai menyusun empat tiangnya

“orang bugis orang kutai
sama-sama menjunjung agama”

lalu
siapa yang akan mulai berani
menjual rumah ibadah
meninggikan atap instansi
sembari merendahkan sejarah?

Makrifat Acheh 1

ada yang mendekatkanku padamu
seperti cinta mendekatkan pengantin

ada yang mendekatkanku padamu
aroma mayat
mendegupkan tari sufiku
meneguhkan fani tubuhku

Makrifat Acheh 2

kucemburukan
kematian yang memesona
yang mengejutkan religiusitas
yang menghentakkan moralitas

“sejauh manakah kaufahami ujian dan derita
sampai kaukatakan bahwa kau berperikemanusiaan
sejauh manakah kaualami ujian dan derita
sampai kaukatakan bahwa kau telah beriman?”

allah
betapa dungu religiusitas kami
betapa bebal moralitas kami
jika masih saja menawar
untuk mencinta sesama
untuk tak menindas sesama

Makrifat Acheh 3

amboi
tubuh-tubuh yang bergelimpangan
kalian memahatkan kenangan
anak yang kehilangan ibunya
laki yang kehilangan perempuannya

sebagaimana lalu kami pahatkan
kenangan pribadi
tentang sufi yang kehilangan
diri sendiri

Fatima Mernissi

sesekali aku
menjamah fatima
mernissi
ia paham syahwat lelaki

fatima mencari nafkah
aku memperindah meja tamu
dan malam datang ringkas
setelah siang diperpanjang
oleh etos kerja
dan ilmu pasti

la raiba
tanpa ragu
kami pun
saling menjamah

Fatima Zahra

perempuan di dalam masjid
tak seorang pun mengalahkannya
kecuali ruhul jihad

di sini siang malam
terjahid perjuangan
uraian dendam dan sahaja
seorang ibu, ibu agama

nikmat air matanya
mengukir sajadah
sebagai pembalut kerja
sebagai pembalut logika

perempuan di dalam masjid
mengulum seluruh sejarah
: melahirkan dua lelaki

la raiba
dialah fatima
dialah zahra

Catatan Negeri

1
tepatkah negara berduka
ketika penguasa yang bijak
menggusur perkampungan warga

lihatlah
beberapa mayat bayi mengapung
di sungai yang berbau limbah
menguarkan kejelataan

2
aku bahkan tak sempat menangis
jika ada gadis manis
ditarik paksa petugas berseragam
hingga sobek badan perempuan

3
hallo
anybody home?

(tidak ada jawaban
syahdan
sufi sedang berganti pakaian)

***

Leave a Reply

Bahasa »