Rumah Mati di Siberia adalah buku ketiga karya Fyodor Dostoyevsky yang kubaca. Buku ini diberikan oleh Nurel Javissyarqi sewaktu aku bertandang ke rumahnya. Ngos-ngosan dan membuat Dostoyevsky mulai hilang di hatiku! Itulah efek yang kualami ketika membaca buku ini.
Ini semua tentang Penjara. Di mana pun itu, Penjara hanya akan membuat semangat hidup seseorang luntur. Bukan rahasia lagi menyoal itu. Aku pernah ke sana dan berurusan dengan Penjara. Maka dari itu, aku membaca buku ini dengan harapan ada sesuatu yang lain yang ditulis Dostoyevsky secara epik.
Lain daripada itu, aku ingin melihat bagaimana pembuktiannya terhadap aforisme yang disampaikan Ernest Hemingway dalam sebuah artikel yang mengatakan bahwa “Dostoyevsky adalah Penulis yang terburu-buru, gegabah!” Dan, aku berusaha menemukan konteks aforisme ini di dalam Rumah Mati di Siberia.
Mula-mula, pada bagian pembuka novel, seperti Penulis Rusia kebanyakan yang kubaca, selalu diawali dengan narasi tentang tempat dan suasana yang epik dan hidup. Itu membuatku sebagai pembaca dan penulis sangat nyaman dan katarsis. Bahkan, kadang-kadang berkontemplasi tentang tempat dan suasana begitu di tanah-air yang kacau ini.
Di pertengahan, pada bab 11 tentang Pertunjukan, aku mengalami suatu penyakit individual dan apolitis, yaitu bosan. Semula, aku berharap bahwa pada setiap bab muncul pertanyaan-pertanyaan kunci yang akan dijawab atau berlanjut sebagai pertanyaan pada bab berikutnya. Akan tetapi, aku keliru.
Pada bab 11 ini, aku tidak mendapatkan percikan semangat revolusi cerita – revolusi tidak melulu ada di kehidupan ekopol sehari-hari ya! – yang, setidaknya, membuat aforisme Ernest Hemingway terbantahkan. Malah, aforisme Ernest Hemingway semakin mengkerucut kepada kebenaran.
Pada paragraf ketujuh (hal.178), Dostoyevsky menulis (vers. Penerjemah) “Fantasi orang-orang hukuman itu, terutama sesudah pertunjukan pertama mendapat penghargaan tinggi membubung tinggi melampaui hari-hari besar-besar itu. Mereka lalu mengangan-angankan ganjaran atau hukumannya dientengkan, meskipun mereka sendiri tertawa mengenangkan harapannya yang bukan-bukan itu, pendeknya mereka anak kecil, walaupun banyak di antara mereka yang sudah berumur lebih dari empat puluh tahun.”
Jika paragraf di atas dianggap satire yang menjadi variasi plot cerita, tidak masalah. Masalah justru muncul ketika satire ini tidak memiliki keterkaitan dengan paragraf sebelum atau sesudahnya. Apakah ini bagian kecil dari aforisme Ernest Hemingway? Aku terus mencoba membaca sampai habis.
Tetapi tidak, tidak ada bantahan yang kudapat. Sampai habis, buku ini hanya tentang kepasrahan dan penerimaan. Sangat bertolak belakang memang dengan para Penulis Rusia yang kubaca, seperti Maxim Gorky – terlepas bahwa dia Penulis Komunis Soviet di bawah Lenin.
Meskipun tidak mampu membantah aforisme Ernest Hemingway, setidaknya Dostoyevsky memberikan kepadaku semangat, bahwa terlibat atau tidak dalam partai politik berideologi tertentu, menulis adalah pekerjaan yang rumit dan mulia bagi peradaban, sekali pun peradaban tidak memiliki penghargaan untuk itu.
Salam. Rayakanlah kemerdekaan kalian ini, rayakanlah! Tapi, berhentilah mengkritik kebijakan kekuasaan elite politik yang membuat negara ini hancur-lebur. Diam dan nikmati saja sebagai pengkhianat!
Surabaya, 2021.