Mariana Sitohang, Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd.
Republika, 07 Jun 2021
Siapa yang tidak mengenal tokoh di atas? beliau adalah Mochtar Lubis, seorang sastrawan terkenal tahun 1960-an, beliau dikenal sebagai penulis novel, cerpen, pelukis, penerjemah, dan juga seorang jurnalistik. Mochtar Lubis lahir di Padang, 07 Maret 1922 dari keluarga Batak Mandailing.
Mochtar Lubis merupakan anak ke enam dari sepuluh bersaudara dan dari keluarga beragama Islam. Beliau mengawali pendidikan di HIS Sungai Penuh, Kerinci Sumatera Tengah pada tahun 1936. Tahun 1940 ia melanjutkan pendidikannya ke Jurusan Ekonomi di Kayutanam, Sumatera Tengah.
Beliau mulai gemar menulis sejak duduk di sekolah dasar karena ibunya sering menceritakan dongeng yang kemudian di ceritakan kembali kepada teman-temannya oleh Mochtar di sekolah. Sejak saat itu beliau mulai belajar menuangkan ide dan isi pikirannya kedalam sebuah tulisan baik dalam bentuk cerpen maupun novel.
Mochtar Lubis pernah bekerja sebagai wartawan kantor berita antara yang saat itu berpusat di Yogyakarta pada tahun 1945-1952. Beliau juga pernah bekerja sebagai karyawan bank factory di Jakarta, guru sekolah dasar di pulau Nias, anggota tim monitoring radio sekutu untuk kepentingan Gunseikenbu, tentara Jepang pada tahun 1943, redaktur majalah massa Indonesia, penulis kolom surat kabar Mahasiswa Kami tahun 1975, Ketua dewan Redaksi majalah Solidarity, di Manila, penulis tajuk majalah Suara Alam di Jakarta, dan juri Festival film Indonesia tahun 1981.
Mochtar Lubis juga dikenal sebagai wartawan karena pandangannya terhadap perilaku para pemimpin amat tajam dan kritis. Oleh karena itu hampir semua tulisannya baik yang fiksi maupun non fiksi mengkritik para pemimpin.
Kepandaian Mochtar Lubis berbahasa asing sangat menunjang pergaulannya dengan pengarang-pengarang asing. Beliau menguasai beberapa bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Adapun pengarang asing yang berhubungan baik dengan beliau adalah A. Vicents Compinos, Manual Pacheco, dan Alberto F. Orlandini.
Mereka sering mengirimkan karya-karyanya kepada beliau. Banyaknya pengalaman beliau dengan masalah revolusi ditulis menjadi sebuah karya sastra, baik yang berbentuk novel maupun cerita pendek. Beliau menulis kebejatan-kebejatan manusia agar hal itu segera disadari oleh masyarakat. Beliau juga gemar melakukan perjalanan jauh yang kemudian dibukukannya dalam perlawatan ke Amerika, Perkenalan di Asia Tenggara, dan Indonesia di mata dunia.
Mochtar Lubis menikah dengan Siti Halimah Kartawijaya dari Jawa Barat. Penikahannya dilangsungkan pada tanggal 2 Juli 1945, dikaruniakan 3 orang anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan serta sudah dikaruniakan 8 cucu.
Beliau juga pernah menulis cerita anak dalam surat kabar Sinar deli. Kemudian menulis cerita pendek yang diterbitkan majalah siasat. Cerita-cerita pendeknya itu kemudian dikumpulkan dan diterbitkannya dalam bentuk kumpulan cerpen yang berjudul Si Jamal.
Beliau menulis novel Tidak Ada Esok dan Jalan Tak Ada Ujung. Beliau juga masih terus menulis cerita pendek yang kemudian dikumpulkannya dalam kumpulan cerita pendeknya yang kedua berjudul Perempuan. Namun ternyata pada tahun 1957 beliau ditahan oleh pemerintahan Bung Karno.
Selama dalam tahanan ia menulis karya sastra, melukis, belajar main bola, dan memperdalam yoga. Karya sastra yang ditulisnya selama dalam tahanan itu antara lain Senja di Jakarta, Tanah Gersang, Harimau!Harimau!, serta Maut dan Cinta. Dan pada tanggal 17 Mei 1966 beliau keluar dari tahanan. Bulan Juli 1966 beliau menerbitkan majalah sastra Horison dan beliau sendiri sebagai pemimpin redaksinya.
Adapun karya-karya beliau berupa novel adalah; Jalan tak ada ujung, Tak ada esok, Tanah gersang, Senja di Jakarta, Maut dan cinta, Harimau! Harimau!. Adapun karya beliau berupa cerpen adalah; Perempuan, Kuli kontrak, Bromocorah. Adapun dalam bentuk drama adalah; Pangerang Wiraguna. Berupa puisi adalah; Catatan dari camp Nirbaya. Dan masih banyak lagi dalam berbagai bentuk yang sudah sangat terkenal hingga saat ini.
Karya beliau juga sudah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, antara lain Twilight in Jakarta (Senja di Jakarta, 1963, 1964, 1983), A road with no end (Jalan tak ada ujung 1982); Een Tiger valt aan (Harimau! Harimau!, 1982); the Outlaw and Other Stories (Kumpulan cerpen Bromocorah, 1987), Danmerung in Jakarta (Senja di Jakarta, 1990).