Iva Titin Shovia *
Sekuntum Yoni dari Desa Panawijen
Ken Dedes putri Mpu Purwa sang pendeta
Di Tumapel, beredar langgam tentang elok sang puspa
Tunggul Ametung, akuwu di ujung senja tergoda
Melupa tata krama, sang dewi diboyong tanpa pamit
Mpu Purwa, mengutuk sengit
“Dunia takkan lagi kau rasa nikmat
Di ujung keris, nyawamu telah kuikat
Panawijen, keringlah sumur-sumurnya
Tak keluar air dari kolam-kolamnya!”
Sekuntum Yoni, tak cocok pada lingga
Meski ditahta permata dan sutera
Juwita terkadang bermuram hati
Ke taman Boboji ia rendam sepasang kaki
Ken Arok, putra Ken Ndok bosan
menjadi begundal Bango Samparan
Bertemu Lohgawe, brahmana pencari wajah wisnu
Pada Ken Arok, garis emas ditemukan
Diruwatlah sang pemuda mantan begal,
Mengabdi pada Tunggul Ametung yang menanggung kutukan
Di Boboji suatu hari
tersingkaplah tak sengaja rahasia sekuntum Yoni
Biru bersinar, Ken Arok berbinar
“Wahai apa yang berpendar di antara dua jenjang kaki
Mekar wangi, tak bisa aku menahan kisruh nurani.
Mpu Lohgawe, aku tak mampu
Apakah kuambil saja Yoni itu untukku?
Katamu inilah pertanda ia putri Nareswari
Pemilik rahim di mana akan dilahirkan raja-raja negeri.”
Dia milik Tunggul Ametung!
Dia telah milik orang lain!
Ken Arok, sejak bayi dibuang ke pemakaman
Lembong mendidiknya jadi penjudi dan berandalan
Kasar berkelakuan, pada Mpu Gandring membentak-lawan
“Buatkan aku sebatang keris, jangan lama!
Keris digdaya yang layak untuk calon raja.
Karena akan kusunting Nareswari jelita
Ken Dedes namanya.”
Bilah keris harusnya setahun dipipih-tajamkan
Bara mengolah besi menjadi jahannam
Ken Arok tak sabar, lima bulan tak sanggup menahan rindu Yoni
Mpu Gandring ditusuk keris buatannya sendiri, mati
Sebelum berhenti biji matanya berkedip, ia mengutuk pedih
“Takkan berhenti keris memakan nyawa, tujuh orang jumlahnya
Termasuk kau sendiri dan cucumu, Ken Arok serakah!”
Ah, ini demi cinta saja
Dan rahasia sekuntum Yoni yang terbuka
Kasihan, kasihan Kebo Hijo
Mabuk arak, tergoda ia pada keris Mpu Gandring
Ken Arok menarikan kemenangan dalam gending
“Matilah kau Tunggul Ametung,
Nyawa pertama tumbal keris Mpu Gandring
Kupinjam tangan Kebo Hijo
Agar Ken Dedes tak terlalu risau.”
Nyawa kedua, Kebo Hijo
Melayang sudah ditangan Ken Arok sang akuwu baru
Sang penyelamat Tumapel dari makar sang pengawal
Padahal inilah taktik cinta sepasang binal
Ken Dedes, sekuntum Yoni akhirnya dimiliki
Meski 3 bulan, merekah tumbuh calon jantan
Milik Tunggul Ametung sebagai kenangan
Panji Anengah, alias Anusopati
Di tangannya nanti, jiwa Ken Arok dibasmi.
Lamongan, 16-06-2020
Iva Titin Shovia, lahir tahun 1980, masih setia dengan nama Titin Pardesi di Instagram. Tulisannya masuk dalam antologi: Ini Hari Sebuah Masjid Tumbuh di Kepala, Nyala Abadi, September Love, Kubiarkan Kau Terus Bercerita, Dongeng Cantik 300 Detik, Memoar Purnama Di Kampung Halaman, dll. Antologi puisi tunggalnya berjudul “From Bibir with love” (2018), dan “Lelaki Gandrung Takut Basah” (2019). Sedangkan kumpulan cerminnya, “Lelaki Pemetik Embun” terbit tahun 2020.