Sutardji Calzoum Bachri: Penyair Harus Setia pada Kata dan Estetika!

Sihar Ramses Simatupang
sinarharapan.co.id

Pembacaan puisi oleh penyairnya sendiri kerap dilakukan. Walau puisi tak identik dengan pembacaan -melainkan bobot karyanya, beberapa penyair dikenal kuat dengan gaya pembacaannya yang khas dan berkarakter.

Di Indonesia, di antara nama-nama seperti Rendra, Emha Ainun Nadjib, Sitok Srengenge, Joko Pinurbo, Zawawi Imron dan beberapa penyair lain yang terkenal dengan kekhasannya membaca puisi, Sutardji Calzoum Bachri berada di tempat yang khusus hingga orang-orang menggelarinya dengan “Presiden Penyair”. Continue reading “Sutardji Calzoum Bachri: Penyair Harus Setia pada Kata dan Estetika!”

Aku Tak Rela Ia Mati Terhormat

AS. Sumbawi

Ia telah kubunuh. Kuceraikan anggota tubuhnya bagian perbagian. Kemudian potongan-potongan yang masih mengeluarkan darah itu kumasukkan ke dalam kantong plastik hitam.

Puas sudah hatiku. Plong. Apa yang selama ini menjadi obsesi terbesarku telah tercapai. Ia sudah tak berdaya. Tidak menakutkan lagi. Mampus oleh tanganku. Ya, aku tak rela ia mati dengan cara terhormat. Continue reading “Aku Tak Rela Ia Mati Terhormat”

Sastra dan Penafsiran Ideologis

Aprinus Salam *
jawapos.com

Salah satu fenomena umum kajian-kajian sastra adalah bahwa sastra dianalisis/dikaji dalam perspektif teori tertentu, tetapi ”tidak dibingkai” oleh ideologi para pengkaji. Kasarnya, walaupun tidak cukup tepat, para pengkaji sastra secara umum tidak mengedepankan ideologi jika meneliti karya sastra. Kenapa hal itu terjadi, dan mengapa kajian kesusastraan perlu dibingkai oleh ideologi? Continue reading “Sastra dan Penafsiran Ideologis”

Pencarian Sebuah Makna

Ahmad Syafii Maarif
http://www.kompas.com/

Kita tidak tahu pasti sejak kapan umat Islam mulai merayakan Idul Fitri di Nusantara ini, tetapi jelas sudah berabad-abad, jauh sebelum Indonesia sebagai bangsa yang baru muncul ke peta dunia tahun 1920-an, dipelopori oleh Perhimpunan Indonesia (PI) di Negeri Belanda dan dikukuhkan oleh Sumpah Pemuda 1928. Saya ingin berteori bahwa sebelum tahun 1920-an, bangsa Indonesia belum ada. Hindia Belanda bukan Indonesia, tetapi modal untuk kemudian diubah menjadi Indonesia, baik sebagai bangsa maupun sebagai negara yang baru lahir pada 17 Agustus 1945. Continue reading “Pencarian Sebuah Makna”