Kebudayaan Nasional Versus Kebudayaan Komunitas

Agus Hernawan *
Kompas, 13 Jan 2008

KATA “Indonesia” awalnya hanya mengandung pengertian ethnological. Ia pertama kali diperkenalkan oleh GW Earl dan JR Logan, pada 1850, dalam dua artikel panjang yang dimuat di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia.

Motif dan intensi politik pada kata ini agaknya dimulai sejak Soewardi Soerjaningrat mendirikan Indonesische Persbureau di Den Haag pada tahun 1913, disusul perubahan Indische Vereniging menjadi Indonesische Verbond van Studeerenden antara tahun 1917 dan 1919. Continue reading “Kebudayaan Nasional Versus Kebudayaan Komunitas”

Sastra Pasar(an)

Agus Hernawan *
Seputar Indonesia, 5 Agu 2007

SASTRA dan pasar. Hubungan keduanya, barangkali, menyerupai perselingkuhan. Ia sesuatu yang mengasyikkan, tetapi juga mencemaskan. Ada hal yang dianggap normatif, semacam pakem tentang sesuatu yang tak bisa dijual.

Sementara, pasar jelas adalah persoalan bagaimana sebuah produk harus memiliki kemolekan dan kekuatan bujuk rayu. Selain itu, pasar menuntut daya saing dalam capaian-capaian inovasi yang tak mengenal ujung. Nah,di sinilah masalahnya. Dunia sastra kita tak punya perbendaharaan pada persaingan yang wajar dan rasional. Continue reading “Sastra Pasar(an)”

Oligarki dalam Demokrasi

Agus Hernawan
nasional.kompas.com

Jang djadi wakilnja rajat didalam itoe raad, jaitoe: Bangsa kita jang toeroet menghamba kepada pemerintah (Pemerintah Kolonial Belanda, pen), alias orang jang tidak merdika dan tidak berani memehak kepada rajat jang soedah beratoesan tahoen menderita kesoesahan. (Marco dalam Volksraad).

Apa yang disampaikan Mas Marco dan apa yang tengah terjadi di gedung-gedung Dewan Perwakilan Rakyat kita saat ini menggambarkan situasi yang paralel. Continue reading “Oligarki dalam Demokrasi”