Mazhab Kutub: Sebuah Catatan Kecil

Ahmad Kekal Hamdani

Pada akhir 2010, setelah sebelumnya terlebih dahulu mendengar tentang terbitnya buku Antologi Puisi “Mazhab Kutub” akhirnya saya mendapatkannya (buku Antologi Puisi Mazhab Kutub; Pustaka Pujangga, 2010) dari seorang kawan baik yang saya kenal. Barangkali memang telah menjadi kelumrahan dalam tradisi saya untuk tidak bisa mengambil jarak sedemikian rupa pada perjumpaan pertama terhadap suatu teks. Tidak jarang saya justru menemukan banyak keterkejutan dan ekstase puitik setelah lama buku itu tersimpan di rak, bahkan sempat lenyap entah ke mana—mungkin dipinjam kawan baik yang lain lagi, dan dengan cara yang tidak saya ketahui akhirnya buku itu kembali nongkrong di rak buku saya. Continue reading “Mazhab Kutub: Sebuah Catatan Kecil”

Sastra Indonesia dan Agama

Ahmad Kekal Hamdani
http://www.pikiran-rakyat.com/

Sastra Indonesia mutakhir telah menunjukkan sebuah kecenderungannya yang bisa dibilang jumud, yakni stagnasi modernitas yang nihil obat dan terapi kesembuhannya, kecuali kembali kepada yang selama ini ditinggalkan dan sengaja dipalingkan dari pembicaraan; religiusitas dan kepedulian sosial. Dengan merdekanya kembali ?Manifes Kebudayaan? bersama tumbangnya Demokrasi Terpimpin pada tahun 1966, usaha pembebasan sastra dari politik serta pengibaran semboyan seni untuk seni ternyata mengalami kedodoran dan menciptakan lubang-lubangnya sendiri dalam tragedi kemanusiaan belakangan ini. Continue reading “Sastra Indonesia dan Agama”

“Kemerdekaan Semu” dan Pembaca Rupa yang Terluka

Ahmad Kekal Hamdani

“Untuk membuat orang menertawakan kebenaran,
untuk membuat kebenaran tertawa”

Ketika saya (penulis) menatap cukup serius lukisan grafis ? kemerdekaan semu? karya Brekele alias Ikhsan, ada pendar yang tiba-tiba menarik-narik tubuh saya ke dalam kamar gelap. Seseorang atau mungkin sesuatu telah memaksa saya melucuti segenap pakaian, meminta saya telanjang dan sungguh, saya kira lama benar saya tak menatap tubuh sendiri dalam ruang gelap. Saya tak melihat apapun, saya mulai meraba-raba tubuh saya. Tiba ?tiba saya mesti menjadi lidah, menjilati sesuatu, menjilati apa saja yang ada di tubuh saya, bahwa betapa asin tubuh kita, asin air mata. Continue reading ““Kemerdekaan Semu” dan Pembaca Rupa yang Terluka”

Anak Dari Masa Lalu

Ahmad Kekal Hamdani
http://ahmadkekalhamdani.blogspot.com/

kaum gelandangan yang mendengkur pulas seperti
huruf kanji kumal di emper-emper pertokoan cina
tak pernah terjamah tangan-tangan puisi kita
sebab tak mengandung nilai sastra
-Wiji Tukul

*
Tentu saya tidak pernah benar-benar ingat, kapan bermula pertemuan saya dengan sebuah buku. Buku yang kemudian membawa saya entah di alam mana saya pernah hidup. Continue reading “Anak Dari Masa Lalu”

Bahasa »