MASIH ADA HARAPAN

Ahmad Zaini
Radar Bojonegoro, 7 Juli 2011

Setiap sore aku biasa mangkal di warung es dawet siwalan. Warung sederhana beratap daun ilalang selalu menjamuku dengan suguhan es dawet yang berisi buah siwalan. Warung yang berada di bawah pohon akasia tua selalu ramai oleh para remaja yang ingin menghabiskan sore sambil menunggu beduk maghrib tiba. Continue reading “MASIH ADA HARAPAN”

Bang Kumis

Ahmad Zaini*

Gerimis di pagi itu mengusap daun-daun pohon yang berjajar rapi di tepi jalan. Noda yang menempel pada lembaran daun itu luruh tersapu rintik yang semakin kerap. Jalan setapak berkelok dipenuhi bercak-bercak liatpada genangan air hujan menjebak kaki-kaki orang yang melintas di jalan itu. Tepat di ujung jalan setapak terdapat rumah kecil yang beratap genting dari bahan baku tanah liat. Dalam rumah tersebut tinggallah sebuah keluarga yang teridiri dari suami, istri dan kedua anak buah dari perkawinannya beberapa tahun silam. Continue reading “Bang Kumis”

Pak Poniman

Ahmad Zaini*

Selama bertahun-tahun aku mengabdi di sekolah swasta. Jika dihitung sejak pertama aku berseragam safari, sudah hampir dua puluh lima tahun lamanya. Berkali-kali pula aku mengadu nasib mengikuti tes penerimaan pegawa negeri. Namun, berkali-kali pula kegagalan yang kudapatkan. Continue reading “Pak Poniman”

Ibuku Perkasa

Ahmad Zaini

Di bilik rumah sebelah kanan, terdengar suara suamiku mengerang-erang kesakitan. Riuh rendah suaranya terbawa oleh hembusan udara yang memenuhi ruang depan. Rintihan-rintihan itu seakan seperti sembilu yang menyayat-nyayat kalbu. Rasa sakit yang berkepanjangan belum juga sampai ke muara kesembuhan. Pedih rasanya mendengar erangan suami yang menahan rasa sakit di luar kemampuannya. Continue reading “Ibuku Perkasa”

Gadis Peracau

Ahmad Zaini*

Aku tak mengerti apa yang diucapkan gadis yang berteduh di pendopo desa. Ia seperti meracau mengucap ke sana ke mari yang tidak jelas maksudnya. Dengan menahan hawa dingin aku hanya mendengarkan dan memperhatikan bibirnya mengucap yang ia suka. Kadang ia menangis, kadang ia tersenyum sendiri, kadang juga wajahnya mengekspresikan kemarahan pada seseorang. Continue reading “Gadis Peracau”