Alief Mahmudi *
seputar-indonesia.com
Beberapa waktu lalu, dalam sebuah acara diskusi rutin yang diselenggarakan komunitas Kutub Yogyakarta membahas tentang puisi karya seorang penyair yang hilang, Wiji Thukul.
Dalam diskusi yang sesekali memancing perdebatan panjang itu,ada beberapa hal yang tercatat, terutama dalam masalah kritik sastra. Berawal dari sebuah pertanyaan yang menyinggung bentuk puisi Wiji Thukul, yang menuliskan puisinya dengan bahasa gamblang dan lebih menyerupai orasi, pembahasan melebar sampai wilayah keabsahan suatu karya hingga dapat disebut sebagai puisi. Continue reading “Quo Vadis Standardisasi Puisi?”