Era Gagap Sastra bagi Akademisi

TANGGAPAN TULISAN ABDUL WACHID BS
Anton Suparyanto
http://www.kr.co.id/

DERASNYA Industri penerbitan buku-buku sastra akhir-akhir ini menimbulkan satu gejala pemikiran negatif. Berhura-hura untuk menghantam pengarang melaju tanpa kritik dengan dalih kritikus sastra kita sudah mati (?) justru telah berupaya membunuh iklim keutuhan berkesusastraan secara sehat. Ini menjadi pikiran kerdil, gagap untuk menyimak wawasan bersastra dengan cara ucap atau dengan media yang baru. Inikah gejala ewuh-aya bagi pengarang (sastra), pemerhati, ataupun pengamat sastra Indonesia yang paling mutakhir? Continue reading “Era Gagap Sastra bagi Akademisi”

Siapa Sebenarnya Kritikus Sastra Kita

Anton Suparyanto
http://www.kr.co.id/

MEMBACA opini pemilahan yang begitu ambisius antara kinerja kritikus dan pengamat seni (Arina, Minggu Pagi Minggu III September 2003), amat menarik. Bukankah wacana pikiran chaos akhir-akhir ini sudah acuh tentang batas kerja keilmuan?

Sebenarnya lingkup pengamat merupakan elemen sederhana dalam cakupan kritikus yang memiliki tataran ?membaca-memahami-mengurai-menilai?. Kaun akademisi bilang ?analisis-interpretasi-evaluasi?, dari asas ?formalistik-heuristik-hermeneutik?. Salah satu titiknya ?semiotik?. Continue reading “Siapa Sebenarnya Kritikus Sastra Kita”

Publikasi Puisi Terasa Menyampah!

Anton Suparyanto*
http://www.kr.co.id/

BENARKAH (ke-)penyair(-an) mutakhir terjebak sampah kata, diskontinuitas antartradisi tiap generasi, ekspresi estetik yang mandeg, pun klise wawas rambah? Deret gejala ini menimbulkan sindiran terhadap banyak ?aku-lirik yang melakukan bunuh diri kreatif? dalam berpuisi.

Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa eksistensi puisi Indonesia mutakhir justru menjamur. Kuantitas ini menimbulkan sindiran pula bagi kepenyairan pada umumnya. Continue reading “Publikasi Puisi Terasa Menyampah!”

Bahasa ยป