Sajak-Sajak Ari Pahala Hutabarat

lampungpost.com

Bob Dylan

1.
Lelaki berkacamata malam dan berambut rimbun abu awan itu memandang lukisan laut di ruang pamer di tengah kota New York itu—tak ada tepi pada laut ini. Aku akan menambahkannya. Memberinya garis kemerahan di tiga perempat atasnya. Dan akan kutambahkan warna biru sedikit. Biar harapan sekaligus ketakutanku kepada manusia bisa kaulihat. Tanpa sepengetahuan satpam ia menurunkan lukisan itu dan menggoreskan tak hanya garis, tapi juga camar dan uap-uap air yang bergerak ke langit diangkut panas. Continue reading “Sajak-Sajak Ari Pahala Hutabarat”

‘Pukau Teluk Semaka’

: Catatan Batu Bedil Award 2010

Ari Pahala Hutabarat, Isbedy Stiawan ZS, Jimmy Maruli Alfian
lampungpost.com

Metafora merupakan jalan tengah antara hal yang tak bisa dipahami dan hal-hal yang bersifat umum. (Aristoteles)

MENGGAGAS strategi kebudayaan tidak bisa bertolak dari ruang hampa. Ia harus senantiasa diperhitungkan. Terlebih lagi sinyalir para cerdik cendikia yang menyebutkan bahwa bangsa ini tengah mengalami defisit kebudayaan. Maka dalam konteks sastra, sebagai penopang struktur budaya, kegiatan yang memacu apresiasi dan kreativitas masyarakat harus pula diperhitungkan dengan bijak. Continue reading “‘Pukau Teluk Semaka’”

Sastra & Lokalitas, ‘So What Gitu Loh’…!

Ari Pahala Hutabarat *
lampungpost.com

DI Lampung perbincangan mengenai lokalitas sering menjebak kita untuk membawa kembali tradisi dari masa lalu ke masa sekarang. Kita takut sekali dianggap sebagai anak tiri atau anak haram dari tradisi.

Pertanyaannya, apakah kita mempunyai ayah dan ibu kandung tradisi ini? Apakah pernah ada orisinalitas itu, sesuatu yang murni, dari tradisi Lampung? Jawabnya, tidak ada. Continue reading “Sastra & Lokalitas, ‘So What Gitu Loh’…!”

Bahasa »