Bentrok Tafsir dalam Kajian Akademis Sastra

Arif Bagus Prasetyo *
Kompas, 07 Mei 2016

Baru-baru ini terbit buku Sastra dan Politik: Representasi Tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru (2015) karya Yoseph Yapi Taum. Buku ini menyoroti politik ingatan Orde Baru tentang tragedi 1965. Secara besar-besaran, sistematis, dan kontinu, rezim Orba menciptakan dan memasyarakatkan berbagai representasi tentang tragedi 1965, mulai dari pemberitaan G30S di harian Berita Yudha dan Angkatan Bersendjata, penerbitan buku sejarah, sampai produksi film Pengkhianatan G30S/PKI. Continue reading “Bentrok Tafsir dalam Kajian Akademis Sastra”

Kecerobohan Sang Kritikus atau Plagiarisme Sang Penyair Nobel?

Malkan Junaidi

Dalam bukunya yang berjudul Octavio Paz, Puisi dan Esai Terpilih, diterbitkan oleh Yayasan Bentang Budaya, pada sub-kumpulan Puisi-Puisi (1995-1996), Arif Bagus Prasetyo mencantumkan sebuah puisi yang berjudul Nyanyian Diri:

Mungkin aku bisa berkelok untuk hidup bersama satwa,
Mereka begitu lembut lagi penuh percaya diri,
Aku berdiri memandang mereka begitu lama. Continue reading “Kecerobohan Sang Kritikus atau Plagiarisme Sang Penyair Nobel?”

Kritikus Seni Sudah Mati

Arif Bagus Prasetyo *
Kompas, 9 Jan 2011

TEMU Sastrawan Indonesia III di Kota Tanjung Pinang pada 28-31 Oktober menyoroti mendung krisis kritik sastra yang sejak lama dirasakan merundung ranah kesusastraan kita. Sastra Indonesia mutakhir dianggap tumbuh nyaris tanpa kritik. Diperlukan upaya serius dalam meningkatkan jumlah ataupun mutu kritik sastra untuk mengimbangi pertumbuhan karya sastra yang kian menyubur akhir-akhir ini. Continue reading “Kritikus Seni Sudah Mati”

Jawa Timur Negeri Puisi

Arif Bagus Prasetyo *
jawapos.com

Perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur masih didominasi puisi. Jawa Timur masih merupakan provinsi penghasil puisi ketimbang provinsi penghasil prosa. Jika mencari siapa penulis prosa yang menonjol di Jawa Timur hari ini, terlebih yang karyanya menasional, kita tak mungkin berpaling dari sejumlah nama senior seperti Budi Darma, Ratna Indraswari Ibrahim, atau Beni Setia yang juga dikenal sebagai penyair. Continue reading “Jawa Timur Negeri Puisi”

Puisi-Puisi Amis Mardi Luhung

Arif Bagus Prasetyo *
jawapos.co.id

SATU ciri khas puisi-puisi Mardi Luhung adalah bahasa puitiknya yang mencong, melenceng dari standar estetika dan etika konvensional. Berspirit anti-romantik, puisi-puisinya menyemburkan diksi maupun imaji yang cenderung dihindari oleh mainstream perpuisian di Tanah Air karena dianggap kasar atau jorok. Puisi penyair sekaligus guru sekolah menengah di Gresik ini terasa mensubversi pandangan konvensional bahwa puisi dan sastra atau seni pada umumnya, adalah ekspresi budaya adiluhung yang menjunjung kehalusan dan keluhuran budi. Mardi Luhung adalah ”penyair yang mabuk sebab jatuh dari bulan / betina-birahi bugil di kebun sambil mengangkangi / kembang… (”Penyair yang Mabuk sebab Jatuh dari Bulan”). Continue reading “Puisi-Puisi Amis Mardi Luhung”

Bahasa ยป