Imajinasi, Observasi, dan Intuisi pada Cerpen “Langit Makin Mendung”

H. Bahrum Rangkuti

Tidak mudah melukiskan secara objektif dan ilmiah judul di atas ini, lebih-lebih karena cerpen Langit Makin Mendung karangan Kipandjikusmin, sangat dihebohkan oleh golongan besar umat Islam. Hamka sendiri sebagai saksi ahli dalam sidang pengadilan atas dimuatkannya cerpen tersebut dalam majalah Sastra, merasa dirinya sangat tersinggung dan menyatakan kepada hakim ketua, ia akan murtad jika ia sebagai Penanggung Jawab majalah Kiblat memuatkannya dalam majalah yang dipimpinnya itu. Continue reading “Imajinasi, Observasi, dan Intuisi pada Cerpen “Langit Makin Mendung””

BAHRUM RANGKUTI: ANGKATAN 45 YANG TERLUPAKAN

Maman S. Mahayana *

Selama ini, pembicaraan mengenai sastrawan Angkatan 45 selalu terfokus pada diri Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin. Ketiga penyair inilah yang kita kenal lewat antologi puisinya, Tiga Menguak Takdir (1948). Mereka pula yang menyatakan sikap berkeseniannya dalam Surat Kepercayaan Gelanggang yang dimuat dalam majalah Siasat, 23 Oktober 1950. Sastrawan Angkatan 45 lainnya, dapatlah disebutkan beberapa di antaranya, Achdiat Karta Mihardja, Idrus, M. Balfas, Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis, Sitor Situmorang, Usmar Ismail, El Hakim, Rosihan Anwar, dan Utuy Tatang Sontani. Continue reading “BAHRUM RANGKUTI: ANGKATAN 45 YANG TERLUPAKAN”