Choirul Muslim*
http://www.lampungpost.com/
SETIAP membaca buku puisi, terkadang saya menikmatinya sebagai proses mencerna makanan. Ada laku fisik sebagai awal untuk memenuhi kebutuhan dalam diri, “kebutuhan metafisik” kalau boleh menyebutnya. Puisi adalah bongkahan gizi, yang hanya berguna ketika kita mampu mencerna dan menyerapnya ke dalam tubuh menjadi konstituen kesadaran batin pembaca. Jika tidak dicerna, puisi hanya lewat utuh di dalam tubuh, seperti musang memakan buah kopi. Dalam hal ini puisi dianggap bukan gizi, dibuang bersama feses diri. Continue reading “Kandungan ‘Gizi’ Puisi Jimmy”