Pada Antologi Puisi 100/100 Lebih Penyair Indonesia Modern
Continue reading “Penolakan Saut Situmorang, dan Dea Anugrah”
Pada Antologi Puisi 100/100 Lebih Penyair Indonesia Modern
Continue reading “Penolakan Saut Situmorang, dan Dea Anugrah”
Fatah Anshori * Continue reading “Membaca Esai-esai Dea Anugrah”
Dea Anugrah *
Koran Tempo, 29 Mar 2015
“TAK ada yang mau memakai naskah keparat ini,” kata Nur Azis. Ia tidak berteriak dan suaranya keluar nyaris berbarengan dengan gulungan kertas yang ia pukulkan ke tepi meja. Yang sampai ke telinga Linda, istrinya, cuma geremengan, serangkaian bunyi yang membentuk sandi tak terurai.
Perempuan itu menekan tombol pause pada remote, berbalik, dan menatap suaminya dengan kepala yang ditelekan pada tangan. “Apa katamu?” tanyanya. Continue reading “Masalah Rumah Tangga”
Persoalan terjemahan buah karya puisi berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia
Nurel Javissyarqi *
Bismillahir Rahmanir Rahim… Sebelum merantak (merambat, menjalarnya sejenis api membakar daun-daun kering) nun jauh. Perkenalkan saya sekadar pengelana yang tak tahu menahu bahasa teks lain ‘kecuali’ bahasa Indonesia, yang ini pun masih terus mengalami perkembangannya, jadi apapun karya-karya terjemahan yang saya kunyah, makan (baca), otomatis tak paham secara persis kebenarannya, hanya meraba (ngincipi, kadang terlanjur lahap) sekaligus berjarak di sisi bercuriga, Continue reading “Puisi-puisi Penyair Nizar Qabbani melalui Usman Arrumy, Dea Anugrah, Fazabinal Alim”
Fazabinal Alim *
basabasi.co
Pada 11 Juni 2017, Dea Anugrah menulis tentang terjemahan puisi-puisi Nizar Qabbani yang meragukan di www.tirto.id. Ia membandingkan tiga buku terjemahan puisi Nizar Qabbani yang berjudul Puisi Arab Modern, Surat dari Bawah Air, dan Yerusalem, Setiap Aku Menciummu. Continue reading “Ketika Usman Arrumy Salah Memasuki Kebun Nizar Qabbani”