Agus Dermawan T (foto dari magz.tempo.co) Continue reading “Pencapaian Mutu Karya dalam Seni Rupa Terkini”
Kisah Sastra Tanah Pasundan
Dwi Fitria
Jurnal Nasional 1 Feb 2009
Agar tak punah, sastra daerah memerlukan perhatian khusus pemerintah.
SASTRA Sunda merupakan sebuah khasanah kekayaan sastra Indonesia tersendiri. Geliat sastra daerah ini telah terasa sejak masa awal sebelum kemerdekaan. Pengarang-pengarang Sunda seperti DK Ardiwinata dan Yuhana memberikan sumbangan tersendiri dalam khasanah sastra daerah dengan menelurkan karya-karya sastra berbahasa Sunda dengan tema dan eksplorasi yang tak kalah dari kanon-kanon sastra yang diterbitkan Balai Pustaka, semisal Azab dan Sengsara, atau Sitti Nurbaya. Continue reading “Kisah Sastra Tanah Pasundan”
Geliat dari Forum Lingkar Pena
Dwi Fitria
Jurnal Nasional, 31 Agu 2008
Bertopangkan nilai-nilai keagamaan, karya sastra tidak muncul sekadar seni dan hiburan.
DI tengah-tengah booming film-film horor yang marak membanjiri bioskop-bioskop di Tanah Air, muncul sebuah film fenomenal, Ayat-ayat Cinta (AAC) yang dibesut oleh sutradara Hanung Bramantyo. Film ini mengusung sesuatu yang berbeda dari tema horor yang banyak mewarnai film-film seangkatannya. AAC mengangkat tema islami. Kesuksesan film ini masih suatu anomali bagi banyak orang. Di luar semua itu, film itu sukses menyedot jutaan penonton. Continue reading “Geliat dari Forum Lingkar Pena”
Menguntai Kata di Tengah Keramaian
Rayni Massardi menuangkan keresahannya lewat cerpen dan esai
Dwi Fitria
Jurnal Nasional, 20 Juli 2008
TENGAH Juni lalu, di Jakarta, Rayni Massardi meluncurkan buku kumpulan cerpen berjuluk I Don’t Care bersamaan dengan peluncuran novel D.I.A Cinta dan Presiden karya sang suami, Noorca Massardi, di tempat yang sama. Continue reading “Menguntai Kata di Tengah Keramaian”
Bukan Penyair (Romantis) Biasa
Dwi Fitria
Jurnal Nasional, 21 Sep 2008
SEGAR dan sederhana dalam bahasa, tapi tak pernah kehilangan kedalaman makna.
Membicarakan karya sastra Acep Zamzam Noor, adalah membicarakan puisi-puisi sederhana yang mudah diikuti, bersih, dan tak terlalu sulit untuk dipahami. Acep mengemuka di jagad sastra Indonesia di awal tahun 80-an. Ketika itu dalam dunia sastra bermunculan puisi-puisi gelap dengan gaya bertutur yang rumit yang kerapkali hanya bisa dipahami oleh penyairnya sendiri. Di tengah marak gaya bertutur yang rumit itulah Acep muncul dengan puisi-puisi dengan diksi sederhana. Kerap memakai idiom-idiom alam dan sedikit bernafaskan Islam. Continue reading “Bukan Penyair (Romantis) Biasa”