Lubang Air

Eko Tunas
Suara Merdeka, 03 Juni 2007

BERLINANGAN air mata Rae membawakan air putih, melihat Roy memandang keluar jendela sambil menangis. Di luar sana sejauh mata memandang hamparan kota yang basah, lalu kali cokelat membelah kota. Gedung-gedung tinggi basah, juga sampah menggunung berleleran. Bahkan pesawat terbang di antara gerimis renyai, dan kereta api menembus rumah-rumah raya. Orang-orang tertunduk, membiarkan air mata yang terus mengalir dan dibiarkan karena saputangan telah kuyup. Tapi di jendela itu Roy tersenyum-senyum di antara linangan air mata, juga Rae yang bertubuh membasah. Continue reading “Lubang Air”

Bidadari dalam Cahaya Putih

Eko Tunas
Suara Merdeka, 1 April 2012

LARON-LARON beterbangan memburu cahaya, mengepak-kepakkan sayap pada lampu neon di depan rumah orang tua Sanu. Sanu suka karena Monica begitu senang menyaksikan gerombolan serangga bersayap di seputar cahaya putih. Bahkan di mata Sanu, perempuan bermata burung dara itu seperti bidadari berhujan-hujan laron. Tubuh tinggi padatnya seperti menari, saat menggeliat sambil mengebitkan laron kehilangan sayap. Continue reading “Bidadari dalam Cahaya Putih”

Anjing Sedap Malam

Eko Tunas
suaramerdeka.com

LOLONG anjing terdengar di seluruh kota, bahkan dari jarak meluluh jauh. Membayang moncong-moncongnya mendongak ke kegelapan langit malam. Kekelaman tersaput kepulan asap menghitam dari gedung-gedung tinggi kotak-kotak nyala neon. Bagai bintang-bintang segi empat di antara mega mendung paling gulita. Bau api yang membakar meruap, dan api terus berkobar. “Adakah anjing yang manis, sayangku…?” Suara di balik teriakan-teriakan parau. Adakah cinta telah berganti rupa, “…dan engkau tetap anjing kecil kesayanganku, manisku…manisku…?” Continue reading “Anjing Sedap Malam”

Bahasa ยป