Erwin Setia * Continue reading “Panduan Menjelajah Rimba Raya Kesusastraan”
TRIBUT PENDEK UNTUK PARA PENERJEMAH YANG TERHORMAT
Erwin Setia *
Ketimbang untuk para anggota DPR, label ‘yang terhormat’ dan ‘yang mulia’ lebih pantas disematkan untuk para penerjemah. Mereka adalah entitas yang tak doyan mempertontonkan diri ke khalayak sebagaimana para anggota DPR kerap menunjukkan giginya yang paling rompal ke hadapan kamera wartawan. Agaknya tak berlebihan menyebut penerjemah sebagai orang paling ikhlas di alam raya kesenian. Mereka bekerja dalam kesunyian, cenderung dianggap tidak ada, Continue reading “TRIBUT PENDEK UNTUK PARA PENERJEMAH YANG TERHORMAT”
FRAGMEN-FRAGMEN YANG GANJIL, CERITA YANG MAIN-MAIN
Erwin Setia *
Bagian paling menyenangkan dalam membaca cerita-cerita Budi Darma adalah ketika kita menemukan fragmen-fragmen yang ganjil. Dalam Olenka ada adegan di mana Olenka meloncat-loncat ke sana kemari bagai tupai. Dalam Ny. Talis (Kisah mengenai Madras) banyak pula adegan tokoh-tokoh yang melompat; ada yang melompat dari pohon ke pohon, dari dinding ke dinding, meniti tali, salto, dan sebagainya. Bahkan Madras dan kedua orang anaknya—Wiwini dan Sidrat (Madrasi Kwadrat)—serta menantu Madras yang bernama Leni punya kebiasaan melompat-lompat. Sampai-sampai sewaktu kecil Leni—istri dari Sidrat—dijuluki Tarzan Betina karena dia hobi loncat-loncat sambil hanya mengenakan kutang dan cawat. Continue reading “FRAGMEN-FRAGMEN YANG GANJIL, CERITA YANG MAIN-MAIN”
AKU TIDAK PERNAH PERGI KE BIOSKOP
Karya: Enrique Vila-Matas
untuk José Luis Vigil
Penerjemah: Erwin Setia *
Persis pada pukul sepuluh malam, ia berdiri di depan pintu rumah Rita Malú. Seorang pelayan yang bertubuh jangkung menghalangi jalannya. Pampanini berkata:
“Aku salah satu dari tamu undangan.” Continue reading “AKU TIDAK PERNAH PERGI KE BIOSKOP”
KETULUSAN PARA BERANDALAN
(Catatan selepas membaca ‘Dua Kematian Quincas Si Miras Meringkik’ karya Jorge Amado)
Erwin Setia * Continue reading “KETULUSAN PARA BERANDALAN”