Fahrudin Nasrulloh *
Jawa Pos, 20 Jan 2013
Ada yang tak selesaikah setelah kita menonton teater? Mungkin masih ada bara kecil di puntung rokok yang diludeskan ke asbak dan itu berkelip-kelip sebentar lalu mati, serupa itukah yang mengendap pada diri penonton seusai pertunjukan teater? Kita akan menghadapi Afrizal dengan banyak ketakterdugaan. Ia datang dari dunia pecah belah. Dari dunia puisi-puisinya yang konon disangka gelap. Dari biografi puisi yang tak berhenti mencari rumah bahasanya. Namun teater terus dibuat, dipanggungkan, dan di sanalah bahasa dan peristiwa dalam pertunjukan teater bertemu. Continue reading “Kuburan Teater Afrizal Malna”